Ketiga seniman tersebut adalah Fitri Setyaningsih asal Solo, Retno Sulistyorini juga asal Solo, dan Otniel Tasman asal Banyumas.
"Kami mengeksplorasi pertemuan antara tari dan matematika dengan candi Borobudur sebagai titik inspirasinya," kata FItri Setyaningsih, melalui keterangan tertulis, Rabu, 1 Desember 2021.
Tiga karya berbentuk short dance film yang berdurasi 10-15 menit ini ditampilkan online melalui website serta kanal YouTube Indonesian Dance Festival. Video itu sudah diunggah sejak 26-28 November 2021.
Layar Terkembang 2021 seri Tubuh Mandala adalah eksperimentasi lintas disiplin. Karya ini mendialogkan dua disiplin ilmu, yaitu tari dan matematika.
Landasan dari program ini adalah sebuah penelitian berjudul "Etnomatematika: Eksplorasi Candi Borobudur" yang disusun oleh tiga peneliti etnomatematika. Mereka adalah Dedi Muhtadi dan Rahmi Nur Fitria Utami dari Universitas Siliwangi, Tasikmalaya; serta Sukirwan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang.
Para peneliti ini melihat Borobudur dari pendekatan etnomatematika, yaitu konsep matematika yang diaplikasikan menjadi aktivitas, kebiasaan, ataupun adat kehidupan masyarakat dalam menyelesaikan masalah.
Baca: Adaptasi di Era Pandemi, Seniman di Jabar Dituntut Melek Teknologi
Layar Terkembang diluncurkan pertama kali pada 2020 di acara Indonesian Dance Festival (IDF). Karya ini lahir karena semakin tingginya kebergantungan orang akan teknologi komunikasi di masa pandemi covid-19.
Sedangkan IDF adalah festival tari kontemporer berskala internasional yang dilaksanakan bi-annual sejak 1992. Sepanjang perjalanannya, IDF telah menyajikan lebih dari 250 pertunjukan main dan premiere.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News