“Saat ini ketika jumlah anak yang positif dan meninggal masih tinggi dan pemeriksaan belum cukup banyak, Kami minta (pemeriksaan ) 30 kali lebih banyak dari sekarang. Kalau tidak bisa, kita harus tunda (pembukaan pesantren dan lembaga pendidikan berasrama),” kata Ketua PP IDAI, Aman Pulungan, dalam alam Rakornas Kesiapan Pesantren dan Satuan Pendidikan Keagamaan Berbasis Asrama dalam Penerapan New Normal, Kamis, 11 Juni 2020.
Ia menjelaskan, saat ini berdasarkan data yang dikumpulkan IDAI untuk anak positif covid-19 sampai 4 Juni mencapi 1.000 orang. Sedangkan anak dengan status Pasien dalam Pengawasan (PDP) mencapai 5.000.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Anggaran untuk Pembukaan Pesantren
Dengan kelompok umur kasus kematian karena covid-19 ini paling banyak balita. “Setelah itu anak usia sekolah, antara enam tahun sampai remaja,” ucapnya.
Untuk itu, kata Aman, jika memang memaksa untuk dibuka, maka perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Terutama kesiapan rumah sakit terdekat.
“Untuk yang membuka harus memastikan ada rumah sakit yang siap, berapa ruang isolasi lengkap dengan ICU anak,“ ujarnya.
Selain itu, Pemerintah jika ingin membuka tidak hanya sekadar melihat dari status wilayah itu zona hijau. Tetapi juga harus memastikan protokol kesehatannya sudah siap.
Karena itu, Pemerintah bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan Kementerian kesehatan harus membuat petunjuk pelaksanaan, serta petunjuk teknis yang rinci. “Bukan hijau atau kuning di TV, hari ini diumumkan hijau, saya cek ada tiga kasus anak, kadang itu kan data lalu. Kita harus melihat data rill,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News