"Kuota internet itu dampaknya berkaitan semua. Sebanyak apapun kuota internetnya kalau metode pendidikan kita tidak siap, tidak bisa membangun interaksi, ya akan percuma begitu," kata Bruri, dalam Rilis Hasil Survei Arus Survei Indonesia 'Polemik dan Presepsi Publik Terhadap Bantuan Kuota Internet' Jumat, 16 Oktober 2020.
Untuk itu, dia berharap seluruh unsur pendidikan dapat mencari metode pembelajaran daring yang tepat. Agar pembelajaran dan fasilitas kuota internet gratis yang sudah diberikan dapat berjalan beriringan.
"Pengajarnya harus punya kesiapan bahan ajar online. Kita tahu semua dalam beberapa bulan sudah terbiasa online, tapi kan rasanya lelah walaupun hanya belajar satu jam, karena tidak ada gestur, tidak tampak interaksi. Zonk semua kadang," lanjut Bruri.
Dia meminta para pengajar tidak lagi hanya sekadar memindahkan kelas dari luring ke daring. Namun ada beberapa perubahan yang harus ikut disertakan.
"Secara umum Saya simpulkan, pemberian paket kuota ini sangat bermanfaat untk proses belajar mengajar. Tapi kami berharap juga agar belajar daring sesuai dengan apa yang harus kita laksanakan dalam era 4.0 agar kita paham betapa pentingnya digitalisasi pendidikan," pungkas Bruri.
Baca juga: Survei: Mayoritas Publik Ingin Subsidi Kuota Dilanjutkan Hingga 2021
Kemendikbud menggelontorkan dana sebesar Rp 7,2 Trilun untuk bantuan kuota Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bantuan pulsa ini bakal diberikan kepada pelajar, guru dan dosen mulai pada bulan September selama 4 bulan ke depan.
"Sebesar Rp7,2 triliun kami kerahkan untuk pulsa atau kuota bagi siswa, guru, mahasiswa dan dosen," kata Mendikbud, Nadiem Makarim dalam rapat kerja Komisi X DPR RI secara virtual, Kamis 27 Agustus 2020.
Rincian bantuan pulsa dalam bentuk kuota ini diperuntukkan bagi siswa yakni sebesar 35 GB (gigabyte) per bulan, lalu guru 42 GB per bulan. Sedangkan untuk mahasiswa dan dosen diberikan masing-masing 50 GB per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News