Kampus UGM. Dok Humas UGM.
Kampus UGM. Dok Humas UGM.

RSA UGM Kembangkan Layanan Medical Tourism

Arga sumantri • 10 Desember 2021 18:53
Yogyakarta: Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai mengembangkan layanan medical tourism. Ini merupakan layanan kesehatan yang memanfaatkan destinasi pariwisata sekitar untuk kegiatan-kegiatan seperti terapi, healing, dan lain sebagainya.
 
Direktur Utama RSA UGM Darwito mengatakan, RSA UGM saat ini sudah menjadi rumah sakit yang mumpuni sebagai sebuah institusi layanan kesehatan. Sehingga, sudah layak bagi RSA UGM untuk memiliki inovasi program seperti medical tourism tersebut. 
 
RSA UGM diketahui sudah terakreditasi atau terjamin mutunya. RSA UGM juga disebut memiliki sistem manajemen profesional, serta memiliki tenaga-tenaga medis, seperti dokter, perawat, dan lain sebagainya, yang sudah benar-benar ahli di bidangnya masing-masing. 

"Apalagi RSA UGM terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai daerah destinasi pariwisata populer di Indonesia. DIY memiliki banyak destinasi wisata alam, wisata kuliner, serta masyarakat yang masih kaya dan khas akan budaya," ujar Darwito mengutip siaran pers UGM, Jumat, 10 Desember 2021.
 
Darwito menuturkan program medical tourism RSA UGM ini akan bekeja sama dengan GAMA Wisata, perusahaan UGM yang bergerak di bidang biro perjalanan wisata. Nantinya, perjalanan wisata seperti tiket, akonomodasi, penginapan, dan lain sebagainya akan dikelola oleh GAMA Wisata.
 
Baca: Nadiem: IPB Sudah 'Merdeka'
 
RSA UGM akan mengurus persoalan terapi atau healing-nya, dengan melibatkan bagian fisioterapi, psikolog, dan tenaga-tenaga medis lainnya. Misalnya, mengelola perjalanan wisata pada sebuah perusahaan atau tim.
 
Program medical tourism yang dikembangkan adalah forest healing. Darwito mengatakan UGM mempunyai hutan Wanagama, yang dikelola sendiri oleh UGM. Hutan Wanagama diketahui sudah memiliki penginapan, kaya akan objek-objek hutan seperti sungai dan lain-lain, serta memiliki jalur yang bisa digunakan untuk bersepeda, dan lain sebagainya.
 
Darwito mengatakan, forest healing tersebut sudah dikembangkan di Jepang dan Korea Selatan. Untuk Indonesia, forest healing itu pertama kali dikembangkan oleh UGM. 
 
Darwito berharap setelah UGM berhasil mengembangkan medical tourism ini. Ia menyebut, rumah sakit lain juga dapat mengembangkan program serupa dengan memanfaatkan potensi wisata daerah masing-masing, tidak harus hutan tetapi bisa pantai, pulau, dan lain sebagainya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan