"Angka ini melampaui catatan 2020 yakni 2.400 kasus," kata Nadiem dalam webinar '16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan', Jumat, 10 Desember 2021.
Nadiem mengatakan kasus nyata kekerasan seksual terhadap perempuan kemungkinan lebih besar dibanding data yang tercatat. Ia menyebut, peningkatan angka kekerasan seksual ini juga imbas krisis akibat pandemi covid-19.
"Ini baru fenomena gunung es. Jumlah yang tidak dilaporkan berlipat ganda juga," ucap Nadiem.
Ia mengungkapkan kekerasan seksual memiliki dampak luar biasa. Menurut Nadiem, kekerasan seksual memberikan dampak permanen, khususnya di kalangan pelajar.
"Dampak dari kekerasan seksual ini bisa sampai jangka panjang, bisa permanen mempengaruhi masa depan perempuan khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa," ujar Nadiem.
Baca: Kemendikbudristek Targetkan 174 Ribu Mahasiswa Terima KIP-K Merdeka di 2022
Nadiem menekankan, masa depan seorang anak dapat terancam jika menerima kekerasan seksual di masa kecil. Nadiem pun mengajak masyarakat untuk mencegah kekerasan seksual terhadap perempuan.
"Bayangkan menerima trauma di umur yang begitu muda seluruh masa depannya terancam," tutur Nadiem.
Menurut Nadiem, perempuan Indonesia memiliki andil yang besar dalam perjalanan bangsa. Banyak tokoh perempuan yang ikut berjuang, baik demi kemerdekaan maupun pendidikan
"Dan tidak lupa juga para perempuan pejuang untuk keluarga," ungkapnya.
Nadiem menekankan, kekerasan seksual terhadap perempuan di dunia pendidikan harus dihapuskan. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk turut serta berperan mengikis kekerasan seksual di lingkup pendidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News