Alumni UGM Shalsadilla Nadya Prameswary. DOK UGM
Alumni UGM Shalsadilla Nadya Prameswary. DOK UGM

Cerita Shalsa Kuliah Dual Degree di UGM Lulus dengan IPK 3,93

Renatha Swasty • 17 September 2024 13:39
Jakarta: Shalsadilla Nadya Prameswary, 21, berhasil merampungkan kuliahnya dalam Program Studi Manajemen International Undergraduate Program (IUP) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dalam waktu 3 tahun 10 bulan 10 hari. Ia berhasil lulus dengan meraih IPK 3,93 dan dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik FEB UGM Periode IV Tahun Akademik 2023/2024.
 
Capaian tersebut menjadi prestasi membanggakan. Sebab, ia mesti menjalani padatnya jadwal kuliah melalui program dual degree di FEB UGM dan University of Groningen, Belanda dengan mengambil jurusan International Business. Meski begitu, Shalsa masih aktif terlibat dalam berbagai kegiatan nonakademis.
 
Dia mengikuti Ikatan Keluarga Mahasiswa Manajemen (IKAMMA) FEB UGM, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) PT UGM, dan PPI Groningen. Ia juga sempat magang di Nike European Headquarters, Belanda dan 180 Degrees Consulting UGM, serta menjadi volunteer berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus.

“Menurut saya hal terbaik yang saya dapatkan di perkuliahan selain ilmu adalah teman, komunitas, dan network. Saya selalu memprioritaskan akademik, namun tidak mengesampingkan kegiatan di luar perkuliahan seperti origanisasi, event, dan lomba,” kata Shalsa dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 17 September 2024.
 
Shalsa tetap memprioritaskan studi selama menjalani rutinitasnya yang tergolong padat. Dia mengungkapkan kesuksesan yang berhasil diraihnya tidak lepas dari prinsip belajar yang dijalani selama ini.
 
“Prinsip utama saya dalam belajar itu harus efisien. Artinya usaha dan waktu yang dialokasikan untuk belajar itu tepat sasaran,” tutur dia.
 
Shalsa membagikan caranya belajar. Langkah awal, mengenali gaya belajar sesuai dengan diri masing-masing. Apakah metode belajar yang cocok adalah belajar mandiri, kelompok, banyak membaca atau banyak mendengar, tentunya akan berbeda-beda pada setiap orang.
 
Berikutnya, sejak awal semester upayakan untuk memahami tingkat kesulitan di setiap mata kuliah yang diambil. Lalu, berusaha aktif di kelas dan jangan ragu bertanya bila belum memahami yang disampaikan oleh dosen.
 
Shalsa mengakui pernah mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri di kelas untuk beropini dan bertanya. Namun, ia berhasil melawan rasa tidak percaya diri itu.
 
“Saya rasa dedikasi, ketegaran, dan dukungan keluarga saya untuk belajar adalah hal yang menguatkan saya selama perjalanan perkuliahan,” tutur dia.
 
Shalsa berhasil menyingkirkan rasa ketidakpercayaan dirinya dengan kemauan kuat. Buktinya, ia berhasil menyabet berbagai penghargaan Awardee Consulting Fellowship Program by McKinsey (2024), Awardee NUS Business School Summer Program (2024), 1st Winner Ganesha Business Festival International Mini Case Competition (2023), 2nd Runner Up IESC Summit Business Case Competition (2022), dan 1st Winner Mini Case Challenge Branding Competition(2022).
 
Shalsa mengaku kesuksesan yang diraih saat ini juga tidak lepas dari nilai-nilai yang ditanamkan FEB UGM, salah satunya terkait kebebasan akademik. Nilai kebebasan akademik tersebut mendukungnya terus bereksplorasi.
 
“Poin tersebut mendukung saya untuk terus bereksplorasi dan be curious. Rasa penasaran akan sesuatu yang baru itu penting karena saya rasa hal tersebut berperan sebagai pintu awal pembelajaran,” ujar dia.
 
Baca juga: Lulus S1 di Usia 20 Tahun, Wisudawan Termuda UGM Gunakan Teknik Belajar Ini 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan