Kegiatan ini melibatkan pelatihan dan pendampingan bagi para perajin tenun, sebagian besar merupakan bagian dari 50 perajin perempuan. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperkuat aspek manajerial, legalitas, serta strategi pemasaran berbasis digital.
Melalui inisiatif ini, BUMDes Adobala diharapkan mampu berperan sebagai agregator agar produk tenun
dapat menjangkau audiens dan pasar yang lebih luas.
Akademisi dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB yang juga ketua tim program, Sonny Rustiadi, menekankan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan industri dalam memperkuat rantai nilai usaha lokal.
"Kolaborasi antara komunitas dan sektor industri sangat penting untuk menciptakan proses penciptaan nilai yang berkelanjutan. Ketika masyarakat lokal memahami cara mengelola potensi dan kemitraan industri hadir untuk memperkuatnya, maka ekonomi komunitas bisa tumbuh menjadi lebih tangguh dan mandiri," ujarnya.
Kepala Desa Adobala Hieronimus Hawan Teka berharap program tersebut dapat membantu mengatasi tantangan yang dihadapi BUMDes.
"Kami berharap program ini bisa membantu menjawab tantangan yang dihadapi terkait usaha BUMDes, terutama dalam hal manajemen dan pemasaran produk tenun agar lebih dikenal dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi," katanya.
Pakar desain produk dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, Slamet Riyadi mengatakan, dari sisi pengembangan produk, kolaborasi dengan pihak swasta diharapkan dapat membawa dampak nyata.
"Kami berharap apa yang dikerjakan Pala Nusantara dan Shima Design House bisa memberikan manfaat dan membuka peluang kolaborasi ke depannya. Ini sejalan dengan misi mereka untuk memperkenalkan budaya Nusantara kepada audiens yang lebih muda," katanya.
Dalam kegiatan ini, Pala Nusantara melalui Shima Design House berperan sebagai mitra kolaborasi desain produk.
Dalam diskusi langsung secara daring baik Pala Nusantara maupun BUMDes Adobala menyatakan komitmen dalam melanjutkan eksplorasi kolaborasi dari segi potensi produk tenun, kekayaan budaya lokal, perlindungan HAKI, dan inovasi model bisnis dalam merealisasikan potensi ekonomi dan budaya di Desa Adobala.
Anggota tim Pengabdian Masyarakat ITB, Zartikazahra Nurulfiqri mengatakan, kegiatan eksplorasi desain dan penerapan kain tenun dalam berbagai produk fesyen berhasil memantik semangat peserta.
"Para peserta sangat antusias dan merasa terinspirasi untuk mengeksplorasi berbagai bentuk aplikasi kain tenun ke dalam produk-produk fesyen yang lebih modern," ujarnya.
Anggota tim Pengabdian Masyarakat ITB lainnya, Zulfikar Rifan Maulana, menyebut pendekatan serupa diharapkan dapat diterapkan untuk berbagai komoditas lokal lainnya di bawah pengelolaan BUMDes.
"Implementasi kegiatan ini dimulai dari tenun, namun harapannya pendekatan serupa bisa diterapkan pada komoditas lain, sehingga BUMDes benar-benar berfungsi sebagai penggerak ekonomi desa," ujarnya.
Melalui sinergi antara masyarakat lokal, akademisi, dan pelaku industri terkemuka, ITB berharap model pemberdayaan berbasis desain dan digitalisasi ini dapat menjadi contoh penerapan pembangunan ekonomi desa yang berkelanjutan di berbagai wilayah Indonesia.
Kegiatan ini turut mendapat dukungan dari Komunitas Informasi Masyarakat (KIM) Sonata, Desa Adobala, melalui perwakilannya Asis Francis, yang berperan aktif dalam mengoordinasikan keterlibatan masyarakat selama kegiatan berlangsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id