Ilustrasi korona. Medcom.id
Ilustrasi korona. Medcom.id

Pokja Genetik UGM Wanti-wanti Omicron Ringan Tapi Tak Boleh Disepelekan

Renatha Swasty • 08 Februari 2022 17:06
Jakarta: Tingginya kasus aktif covid-19 di Indonesia beberapa pekan terakhir patut diwaspadai. Kemunculan varian Omicron yang memiliki daya tular lebih cepat dari varian-varian sebelumnya membuktikan pandemi belum akan segera berakhir.
 
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Gunadi menuturkan varian Omicron tidak seganas varian Delta. Namun, dia mewanti-wanti varian baru ini berisiko pada mereka yang rentan, manula, lansia, anak-anak, pasien dengan komorbid, dan mereka yang tidak mendapatkan vaksin karena alasan kesehatan.
 
“Tetap waspada tetapi jangan berlebihan. Ini harus menjadi perhatian karena ada kemungkinan ia akan mereinfeksi terhadap mereka yang sudah vaksin full dosis, apalagi mereka yang rentan, lansia, manula, anak-anak, dan mereka yang tidak vaksin," kata Gunadi dikutip dari website ugm.ac.id, Selasa, 8 Desember 2022.

Gunadi menuturkan varian Omicron lima kali lebih menular dibandingkan dengan varian Delta. Padahal, varian Delta memiliki penularan lebih cepat dibandingkan dengan varian Alpha dan varian-varian sebelumnya.
 
Varian Omicron juga memiliki kemampuan mereinfeksi pasien-pasien yang sudah divaksin maupun penyintas. Gunadi menyebut hal ini patut diwaspadai dan menjadi faktor utama varian Omicron menguasai lebih cepat penyebaran di Indonesia.
 
“Untuk mencapai jumlah yang sama, varian Delta perlu berminggu-minggu, sementara varian Omicron dalam hitungan hari. Sehingga, mendekati benar jika kemungkinan puncak prediksi akan terjadi di akhir Februari sampai pertengahan Maret," ucap dia.
 
Gunadi menyebut varian Omicron muncul di Indonesia berasal dari luar negeri. Meski begitu, sudah tidak relevan lagi membahas hal itu.
 
Terpenting, seluruh komponen bangsa menyikapi fenomena transmisi lokal yang sedemikian cepat menyebar saat ini. Gunadi mengakui sangat sulit mencegah mobilitas dan riwayat perjalanan. Sebagian besar pada umumnya tidak bergejala (OTG).
 
“Tanpa disadari sudah terkena, tidak melalukan testing dan tracing dan biasanya tidak ketahuan kalau dirinya membawa virus. Untuk Indonesia saat ini kecepatan penularan sudah dipastikan dari transmisi lokal," tutur dia.
 
Gunadi menilai pemerintah atau Kementerian Kesehatan saat ini jauh lebih siap. Hal itu berbekal pengalaman saat menghadapi varian Delta.
 
Kementerian kesehatan telah menyampaikan kesiapan terkait hospitalisasi menghadapi varian Omicron. “Setidaknya kementerian kesehatan memang sudah menganjurkan untuk yang ringan atau tidak bergejala (OTG) sebaiknya diisolasi terpusat atau isolasi mandiri sehingga rumah sakit fokus untuk mereka yang kritis atau berat," papar dia.
 
Sementara itu, sebagai upaya pengendalian penularan yang cepat pemerintah semestinya juga bisa mengambil manfaat keberhasilan pengalaman sebelumnya. Kebijakan pembatasan sewaktu menghadapi gelombang varian Delta bisa dijadikan pertimbangan pengendalian tingginya penularan varian Omicron saat ini.
 
Artinya, dengan mempertimbangkan aspek kesehatan dan aspek-aspek lain, pemerintah perlu mengambil langkah kebijakan sama seperti di saat menghadapi varian Delta. Aktivitas masyarakat betul-betul mesti dibatasi agar varian Omicron tidak menyebar cepat.
 
“Setop aktivitas beberapa minggu. Memang tidak langsung kelihatan, tetapi setelah beberapa bulan terlihat turun dan itu perlu dilakukan kembali," papar Gunadi.
 
Dia mengusulkan pemerintah pusat mengeluarkan surat edaran sebagai panduan untuk daerah-daerah dalam upaya mengurangi penularan. Sehingga, jika pemerintah daerah perlu melakukan pembatasan aktivitas masyarakat memiliki panduan jelas.
 
Gunadi menyebut bila dilihat gejalanya varian Omicron memang lebih ringan dari Delta. Namun, bukan berarti pemerintah dan masyarakat abai meski hospitalisasi tidak setinggi sewaktu Delta.
 
Indonesia bisa belajar dari data yang terjadi di Amerika Serikat saat ini. Data di AS memperlihatkan hospitalisasi jauh lebih tinggi dibandingkan saat varian Delta.
 
”Di AS seperti itu, bagaimana dengan Indonesia? Sampai saat ini hospitalisasinya memang belum tinggi tapi jangan abai karena pengalaman beberapa negara termasuk Australia dan beberapa negara maju lainnya ternyata sudah terdampak dengan Omicron, padahal  sistem kesehatan mereka jauh lebih siap dibanding kita," ujar dia.
 
Baca: Gejala Relatif Ringan, Masyarakat Jangan Anggap Remeh Omicron
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan