Hal ini sebagai tindak lanjut dari implementasi nota kesepahaman bersama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian (BK) DPR RI dengan IPB. MoU ini bertujuan untuk menerima masukan dari akademisi dalam perancangan undang-undang.
Politikus Fraksi Partai Gerindra itu mencontohkan salah satu masalah yang harus ditangani adalah bagaimana Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan tanpa impor. Selama ini, Indonesia masih impor pangan.
"Impor memang tidak dilarang, tapi masa sih harus impor? Padahal seharusnya bisa. Nah ini yang harus kita luruskan. Kita minta MoU dengan perguruan tinggi ini. Saya yakin juga akan mencetak kader-kader hebat dan para peneliti di sini kita minta ada terobosan dalam sektor pertanian," ujar Edhy, dikutip dpr.go.id, Selasa, 13 Agustus 2019.
Edhy menyadari terobosan dalam sektor pertanian tentu akan memerlukan biaya tambahan. Dia memastikan anggaran yang dialokasikan untuk pertanian bukan angka yang kecil.
Dia berpendapat efektivitas anggaran tersebut harus dievaluasi terhadap produktivitas sektor pertanian, sehingga ke depannya jika anggaran pertanian ditambah, maka harus mampu mengurangi angka impor bahan pangan.
"Jangan sampai kita membesarkan anggaran, tapi ujungnya produktivitas sama. Impornya masih jalan terus. Kita tidak menampik bahwa kita tidak berdiri sebagai satu negara sendirian di dunia ini. Tapi bukankah untuk menjaga ketahanan itu jauh lebih penting, karena ujungnya adalah untuk kedaulatan. Jangan ngomong kita berdaulat kalau ujungnya kita masih harus bergantung dengan negara lain,” ujar Edhy, menegaskan.
Politikus dapil Sumatera Selatan I ini pun meminta IPB untuk memberikan kontribusi lebih, khususnya dalam pengembangan teknologi di sektor pertanian. Jika masalahnya terletak pada anggaran, Edhy menyatakan siap untuk membuka jalan melalui kerja sama dengan berbagai pihak agar IPB dapat menerima anggaran dari APBN.
Edhy pun siap melibatkan KPK maupun penegak hukum lain untuk mencegah penyelewengan anggaran untuk penelitian.
"Tujuan akhirnya bagaimana muncul teknologi baru yang menciptakan pertanian kita semakin bagus. Beras yang selama ini bulirnya hanya beberapa ratus biji dalam satu bibit, bagaimana agar bisa menjadi lebih banyak lagi. Kan itu yang harus jadi terobosan. Ini baru satu produksi, yang lain dari peternakan apakah kita harus impor sapi terus setiap saat? Kenapa tidak berani kita munculkan produksi sapi sendiri, padahal kita punya karyawan, punya tempat, punya masyarakat, punya petani. Tinggal bagaimana menyatukannya," katanya.
Sementara itu, Guru Besar Sekolah Bisnis IPB Syamsul Maarif mengatakan saat ini IPB sudah banyak melakukan penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan mendorong efisiensi sehingga dapat menyejahterakan petani.
Terkait tantangan yang disampaikan oleh Edhy Prabowo, dia menyatakan kesiapan IPB membantu pemerintah dengan inovasi-inovasi baru yang dapat dimanfaatkan para petani.
"Jadi tantangan dari Pak Edhy saya kira kami akan gayung bersambut, karena kami sebagai sekolah bisnis. Artinya, berpikir bagaimana bisnis di pertanian bisa menjadi lebih bagus lagi," kata Syamsul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News