Ilustrasi anak. Medcom.id
Ilustrasi anak. Medcom.id

Sulit Bedakan Anak Aktif dan Hiperaktif, Dokter RSA UGM Ungkap Tanda-tandanya

Renatha Swasty • 03 Agustus 2022 09:12
Jakarta: Orang tua kerap kesulitan menghadapi perilaku anaknya yang berlari ke sana ke mari tidak bisa diam. Lepas dari pengawasan sedikit saja, sang anak tiba-tiba bisa menghilang, tidak diketahui pergi ke mana.   
 
Melihat perilaku anaknya tersebut, tidak heran orang tua kemudian menduga anaknya mengalami hiperaktif. Perilaku hiperaktif patut diwaspadai, sebab dapat merugikan diri anak sendiri.
 
Bagi sang anak, hiperaktif dapat menyebabkan sulit berkonsentrasi sehingga berisiko tinggi mengalami kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu, hiperaktif juga berisko membuat anak gagal mempertahankan pertemanan, bersosial, dan lain sebagainya.

Hal ini jelas hiperaktif dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Namun, perlu diketahui anak yang tidak bisa diam belum tentu hiperaktif.
 
Perilaku berlari ke sana ke mari belum tentu menandakan penyimpangan (hiperaktif). Tetapi justru malah menunjukkan kenormalan (perilaku aktif).  
 
Dokter spesialis anak Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Ristantio mengatakan perilaku anak-anak memang seharusnya berlari ke sana ke mari. Ketika si anak hanya diam-diam saja, orang tua sepatutnya waspada.  
 
“Tapi anak itu memang harus begitu (wajar jika berlari ke sana ke mari). (Kalau) anak diam saja, jangan-jangan kurang hormon tiroid atau mungkin anemia gitu,” tutur Ristantio dalam talkshow kesehatan ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’ dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 3 Agustus 2022.
 
Membedakan anak aktif dan hiperaktif memang sulit. Ristantio menunjukkan salah satu cara membedakannya.
 
Ristantio mengatakan terdapat satu kata kunci yang membedakan anak aktif dengan hiperaktif. Anak-anak hiperaktif cenderung destructive/merusak sedang anak aktif tidak.  
 
“Itu adalah cara “kasar” untuk mencurigai bahwa itu adalah suatu hiperaktif. Ini hanya (terjadi pada sebagian) kecil, sebagain besar bocah berlarian ke sana ke mari itu masih normal karena memang harus seperti itu,” kata Ristianto
 
Ristianto mencontohkan ketika anak hiperaktif mendapati gelas di atas meja, dia sengaja menyenggol agar jatuh dan pecah. Sedangkan anak aktif yang menyenggol benda tertentu dan berakibat pecah akan kaget, terdiam, dan merasa bersalah.
 
Baca juga: Tidak Semua Orang Memahami Cara Membuat Anak-anak Gemar Membaca

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan