Dokter spesialis Dermatologi dan Veneorologi RS Universitas Sebelas Maret (UNS), Ammarilis Murastami. DOK UNS
Dokter spesialis Dermatologi dan Veneorologi RS Universitas Sebelas Maret (UNS), Ammarilis Murastami. DOK UNS

Dokter RS UNS Ungkap Gejala dan Cara Mengobati Penyakit Kusta

Renatha Swasty • 07 Februari 2023 20:13
Jakarta: Penyakit kusta masih menjadi momok di masyarakat. Penderita kusta kerap kali dijauhi dan diisolasi dari lingkungan.
 
Kusta/lepra/Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae dan Mycobacterium lepromatosis. Bakteri ini memiliki masa inkubasi rata-rata 5 tahun atau lebih yang dapat menyerang mukosa, saluran napas atas, dan mata.
 
"Serangan ini berupa bercak mati rasa dengan penebalan saraf yang dalam kondisi parah dapat mengakibatkan kecacatan,” kata dokter spesialis Dermatologi dan Veneorologi RS Universitas Sebelas Maret (UNS), Ammarilis Murastami, dalam peringatan Hari Kusta Sedunia dikutip dari laman uns.ac.id, Selasa, 7 Februari 2023.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ammarilis menjelaskan kusta dapat menular dari satu orang ke orang lainnya. Penularan melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet) yang terhirup selama kontak dekat dan sering dengan penderita yang belum diobati.
 
“Sementara itu, ada beberapa faktor risiko penularan penyakit kusta, di antaranya yaitu kontak dekat dengan penderita, ada di rentang usia 15–71 tahun dengan rata-rata 34 tahun, dan higienitas yang buruk pada lingkungan tempat tinggal,” papar Ammarilis.
 
Dia menyebut penyakit kusta bukan tidak dapat disembuhkan. Kusta dapat disembuhkan dengan mengenali gejala-gejala penyakit kusta. Sehingga, dapat dilakukan penanganan dan pengobatan yang tepat pada penderita.
 
Ammarilis mengatakan perlu mengenali beberapa tanda dan gejala penyakit kusta. Tanda dan gejala tersebut antara lain, bercak putih/coklat/merah yang mati rasa; bercak tidak sembuh dengan obat kulit biasa; kulit kering, kaku, telinga menebal, luka sulit sembuh, dan rambut rontok; bercak umumnya tidak nyeri maupun gatal; ada gangguan saraf tepi yang menyebabkan kelemahan otot, lumpuh, rasa tebal; dan kadang disertai demam, tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri kepala.
 
Pengobatan bagi penderita kusta ditujukan untuk memutus terjadinya penularan, menurunkan angka kejadian penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, serta mencegah timbulnya kecacatan pada penderita. Penderita juga wajib patuh pada terapi pengobatan rutin setiap hari dengan program MDT (Multi Drug Therapy) selama 6–18 bulan tergantung keparahan penyakit agar bebas dari penyakit kusta.
 
Ammarilis mengatakan kuman kusta di luar tubuh manusia dapat hidup selama 24–48 jam dan ada yang berpendapat hingga 7–9 hari, tergantung dari suhu dan cuaca di luar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca, makin cepat bakteri penyebab kusta mati.
 
“Adapun untuk pencegahan penyakit kusta dapat dengan membiarkan sinar matahari masuk ke dalam rumah, lakukan pola hidup sehat, skrinning jika ada teman/keluarga dekat yang terkena penyakit lepra/kusta dan segeralah berobat sampai tuntas apabila terdiagnosis agar tidak terjadi kecacatan permanen,” jelas Ammarilis.
 
Ammarilis juga mengimbau untuk segera menemui dokter sesaat setelah menemui bercak putih di kulit dan mati rasa. Dia menyebut RS UNS juga siap membantu menjalani pemeriksaan dan pengobatan penyakit kusta.
 
Baca juga: Kemenkes Sebut 6 Provinsi Belum Mengeliminasi Kusta

 
(REN)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif