(Roti buaya. Foto: Dok. Instagram Zen_bakery12/@zen_bakery12)
(Roti buaya. Foto: Dok. Instagram Zen_bakery12/@zen_bakery12)

Sejarah Roti Buaya, Lambang Cinta dan Kesetiaan dari Betawi

Medcom • 23 September 2022 11:25
Jakarta: Roti buaya adalah makanan khas masyarakat Betawi yang disajikan pada acara-acara khusus, salah satunya pernikahan. Roti buaya sangat sering dijumpai di pernikahan adat Betawi, sebagai seserahan yang diberikan pihak laki-laki. 
 
Roti yang memiliki panjang sekitar 50cm ini memiliki filosofi mendalam. Melansir dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, roti buaya memiliki makna sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup semati, mengarungi bahtera rumah tangga hingga akhir hayat. 
 
Selain itu, roti buaya juga melambangkan kesabaran, lambang kejantanan, kemapanan ekonomi, dan harapan. Selama perjalanan, roti ini tidak boleh rusak sampai ke tangan pengantin perempuan. Setelah akad selesai, roti akan dibagikan kepada sanak saudara yang belum menikah, maksudnya agar mereka segera mendapatkan jodoh.

Sejarah roti buaya terinspirasi dari perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Buaya tidak akan mencari pasangan lain saat pasangannya mati ataupun menghilang. Tidak hanya setia, hewan buas ini juga dilambangkan sebagai hewan suci karena kesabaran dan ketenangannya mencari mangsa.
 
Dahulu, roti buaya disajikan dalam keadaan busuk dan tekstur keras. Hal ini bermakna pasangan yang baru menikah akan langgeng seumur hidup. Oleh karenanya dahulu roti buaya hanya merupakan simbol dan pajangan pernikahan semata. 
 
Saat ini, roti buaya disajikan dalam keadaan segar dan layak makan. Bahkan, seiring perkembangan zaman, roti buaya diberi isian selai atau perasa lain yang membuat rasanya semakin enak. Tidak seperti roti buaya versi dulu, yang hanya terbuat dari campuran air dan tepung terigu.
 
Tidak ada yang mengetahui kapan pastinya roti buaya mulai hadir di acara pernikahan adat Betawi. Namun, dilansir dari dailyasia.com, masyarakat Betawi percaya pada awalnya roti ini digunakan untuk menyaingi bangsa Eropa yang kerap memberikan bunga dalam menunjukkan cinta kepada lawan jenis.
 
Oleh karena itu, pribumi khususnya masyarakat Betawi memiliki keinginan untuk menciptakan simbol yang dapat digunakan sebagai medium pernyataan cinta kepada lawan jenis. Kemudian, terpilihlah roti berbentuk buaya dengan filosofi seperti yang telah dijelaskan di atas. (Annisa Ambarwaty)
 
Baca juga: Mengenal Silat Beksi dari Betawi 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan