Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Fathurahman, meraih penghargaan Pustaka Paripalana. DOK UIN Jakarta
Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Fathurahman, meraih penghargaan Pustaka Paripalana. DOK UIN Jakarta

Ketekunan Prof Oman Merawat Manuskrip Diganjar Penghargaan Pustaka Paripalana

Renatha Swasty • 09 Agustus 2023 17:37
Jakarta: Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Oman Fathurahman, meraih penghargaan Pustaka Paripalana dari Asosiasi Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Penghargaan diberikan kepada tokoh dan lembaga yang dianggap berjasa dalam merawat, mengkaji, serta membuka akses pengetahuan manuskrip-manuskrip kuno Nusantara.
 
“Penghargaan ini bukan untuk pribadi, saya persembahkan untuk pemilik manuskrip yang telaten merawat koleksinya," kata Oman dikutip dari laman kemenag.go.id, Rabu, 9 Agustus 2023.
 
Oman juga mempersembahkan penghargaan ini untuk pengkaji manuskrip yang telah bersama-sama membuka jalan. Khususnya untuk memerdekakan filolog yang selama ini sering terpenjara di ruang sepi, jauh dari perhatian publik.

Ketua Umum Manassa, Munawar Holil, menilai Oman sangat layak menerima penghargaan ini. Terlebih, di tengah kesibukan sebagai guru besar UIN Jakarta dan pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Oman masih menyempatkan diri mengampu "Ngariksa", Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara, kajian tentang naskah-naskah kuno terutama terkait Islam Nusantara.
 
Kang Mumu, sapaan Munawar Holil, mengungkapkan meski kajiannya manuskrip, sejak 2019 Oman rutin menyapa penggemarnya melalui tayangan live di Facebook dan YouTube setiap Jumat malam dua pekan sekali. Di usianya yang ke-4 tahun ini, "Ngariksa" bukan saja diminati filolog di kampus, tapi juga pengguna medsos dari berbagai kalangan di mancanegara.
 
“Program ini telah menarik minat generasi muda untuk melanjutkan kiprah generasi tua menjaga “memori bangsa” generasi masa lampau sebagai pelajaran generasi mendatang. Sebuah tindakan nyata untuk menjaga kelestarian naskah tangan sebagai warisan budaya agar tak hilang ditelan zaman,” sebut Kang Mumu.

Profil Oman Fathurahman

Guru Besar Filologi di UIN Syarif Hidayatullah itu selama ini dikenal memiliki peran sentral dalam perkembangan dunia pernaskahan Nusantara di Indonesia. Bersama Henri Chambert-Loir, Oman menyusun buku Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia Se-dunia (1999).
 
Buku ini menjadi rujukan primer peneliti naskah yang ingin mengetahui koleksi naskah Nusantara di berbagai tempat penyimpanan di dunia. Oman Fathurahman juga dinilai berhasil membangkitkan filologi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
 
Dia mengajukan istilah ‘filologi plus’ sembari mengajak ahli bidang kajian Islam untuk mengkaji teks-teks Islam secara filologis sekaligus mengkontekstualisasikan isinya dalam kerangka Islamic Studies. Sejak tahun 2000-an, Oman juga terlibat aktif dalam program digitalisasi dan katalogisasi naskah Nusantara.
 
Dia pernah berkiprah sebagai anggota Panel Endangered Archives Programme (EAP) di British Library (2015-2022). Panel ini bertugas menyeleksi proyek-proyek digitalisasi manuskrip di seluruh dunia. Buku-buku katalog naskah-naskah di wilayah Aceh, terutama koleksi Museum Ali Hasymi dan Zawiyah Tanoh Abee telah membukakan khazanah naskah Aceh yang begitu kaya.
 
Oman Fathurahman juga berperan sebagai Principal Investigator program DREAMSEA, kerja sama PPIM UIN Jakarta, Hamburg University, dan Arcadia Foundation. Ini adalah program digitalisasi naskah-naskah koleksi masyarakat Asia Tenggara yang telah menghasilkan ratusan ribu halaman naskah yang sudah didigitalkan dan dapat diakses secara bebas.
 
Kini, di tengah kesibukannya sebagai guru besar, Oman Fathurahman terus menyempatkan diri mengampu program "Ngariksa" (Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara). Kajian ini disiarkan langsung melalui Channel YouTube pribadinya sejak 2019. Program ini telah mendapatkan perhatian luas, bukan hanya di kalangan filolog, tetapi juga generasi muda.
 
“Jujur, pengabdian saya untuk merawat manuskrip belum ada apa-apanya dibandingkan dengan begawan filologi yang dahulu mengajari dan membimbing saya untuk menyusuri jalan sunyi filologi,” ujar Oman.
 
Paripalana sendiri berasal dari Sunda Kuno yang berarti pemelihara, penjaga, mungkin semacam guardian, protector. Sejak 2021, Manassa menjadikannya sebagai nama penghargaan: Pustaka Paripalana.
 
Di balik Pustaka Paripalana ada asa, di balik penghargaan ada secercah harapan ke depan manuskrip-manuskrip kuno warisan luhur bangsa kita akan semakin terjaga.
 
Penghargaan diberikan dalam rangkaian pembukaan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XIX yang diselenggarakan Manassa, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada 7–8 Agustus 2023. Pengumuman penerima penghargaan dibacakan oleh dosen senior di Sastra Jawa FIB UGM, Sudibyo.
 
Manassa menggelar Simposium Pernaskahan setiap dua tahun sekali. Acara ini dihadiri filolog, sarjana peminat kajian manuskrip Nusantara, baik dari dalam maupun luar negeri. Hadir dalam Simposium XIX tersebut, sejumlah pembicara dan peserta luar negeri, antara lain: Bernard Arps (Leiden), Irina Katkova (St. Petersburg, Rusia), Arlo Griffiths (EFEO), Thoralf Hanstein dan Yoones Dehghani Farsani (Berlin, Jerman/daring), dan Andrea Acri (Paris/daring). Ikut mendukung acara ini, Puslitbang Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang-Diklat Kemenag.
 
Acara turut dihadir Ketua Umum Manassa, Munawar Holil; Sekum Manassa, Aditia Gunawan; Ketua Panitia Simposium, Arsanti Wulandari; dan pengurus Manassa asal Sulawesi Selatan, Muhlis Hadrawi.
 
Baca juga: Kukuhkan 451 Guru Profesional, Rektor UIN Jakarta Pesan Bangun Karakter Peserta Didik

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan