Co-Founder and CEO Populix Timothy Astandu. DOK UGM
Co-Founder and CEO Populix Timothy Astandu. DOK UGM

Kisah Timothy Kembangkan Populix, dari Swalayan hingga Data Risetnya Dipakai di Mana-mana

Renatha Swasty • 11 September 2023 18:03
Jakarta: Membangun startup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal itu dialami oleh Timothy Astandu, Co-Founder and CEO Populix, startup riset dan survei konsumen.
 
Timothy mengaku perlu ketekunan dan konsistensi dalam membangun startup agar bisa bertahan dan mampu berkembang. Dia mengibaratkan mendirikan startup seperti mahasiswa yang tengah menempuh kuliah untuk menyelesaikan pendidikan agar bisa lulus dan meniti karier.
 
“Jadi, bikin startup itu susah enggak? Tidak ada hal yang mudah. Seperti kita kuliah, tujuannya itu ingin meniti karier. Begitu juga dengan dunia startup, kita juga ingin membangun sesuatu,” kata Timothy dalam talk show yang diselenggarakan oleh Center for Digital Society (CfDS), Fisipol UGM bertajuk Memahami Peluang dan Dinamika Industri Startup dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 11 September 2023.

Timothy mengungkapkan ide awal mendirikan Populix untuk menjadikan data riset sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan bisnis bagi perusahaan atau lembaga. Dia ingin menyediakan penelitian riset dan solusi untuk bisnis.
 
"Untuk menyebar riset saya pikir bukan hanya kepentingan di dunia akademik tapi juga untuk kalangan UMKM,” kata dia.
 
Timothy mengenang project pertama Populix. Saat pertama berdiri, pihaknya masih mengumpulkan data dari responden di sebuah mal swalayan.
 
“Masih dilakukan secara manual. Bisa dibilang tidak efektif tapi start dibuat dari titik nol. Lalu naik level menggunakan teknologi. Jika teknologi yang kuat maka real jadi startup,” tutur dia.
 
Timothy mengaku saat awal terbentuk, pihaknya belum mampu menyewa kantor. Sehingga, mereka harus bekerja di kafe.
 
“Sempat kita kerja itu di kafe karena belum punya kantor. Tapi sekarang data kita dipakai di mana-mana. Itu sesuatu yang dari hasil yang sudah kita kembangkan,” tutur dia.
 
Sementara, Co-Founding Partner Intudo Ventures, Patrick Yip, mengungkapkan intudo merupakan perusahaan modal ventura. Mereka khusus memberikan modal untuk startup di Indonesia.
 
“Dengan konsep fund manager, kita diberi uang oleh investor dari dalam dan luar negeri, tugas kita memilih startup yang ingin kita investasikan,” beber dia.
 
Adapun kriteria startup yang akan dipilih diberikan modal ventura umumnya yang sudah berdiri dan beroperasi 3 sampai 4 tahun. Selain itu, dinilai dari sisi operasional dan legal.
 
“Kita mencari startup yang berpotensi untuk diinvestasikan dengan mengevaluasi lebih kanjut kondisi startup. Kerja Sama dengan startup ini untuk mendorong pertumbuhan (ekonomi),” kata dia.
 
Baca juga: Tekan Harga Obat, Lulusan Bio Teknologi Diminta Buat Startup

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan