Ilustrasi/BKHM
Ilustrasi/BKHM

Pengembangan Obat Antikanker dari Bahan Alam Butuh Strategi

Citra Larasati • 04 Oktober 2023 16:10
Jakarta: Sejumlah tanaman telah banyak digunakan untuk pengobatan antikanker.  Namun diperlukan strategi dalam pengembangan tanaman obat sebagai kandidat antikanker.
 
Sebagai negara dengan biodiversitas tinggi, Indonesia memiliki potensi pengembangan obat dari bahan-bahan alam untuk menjadi kandidat antikanker.  Namun untuk pengembangannya diperlukan data ilmiah pendukung.
 
Khususnya bagaimana mekanisme untuk tujuan modernisasi obat-obat tradisional dan kandungan senyawa pada tanaman obat yang menjadi salah satu tantangan karena secara eksperimen sangat mahal dan menyita waktu. 

"Oleh karena itu, perlu strategi dalam pengembangan tanaman obat sebagai kandidat antikanker," kata Kepala Pusat Riset Bahan Obat dan Obat Tradisional (PRBBOOT) Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sofa Fajriah, saat membuka Webinar Bincang Riset Seri 6 dengan topik 'Strategi Pengembangan Tanaman Obat sebagai Antikanker', dikutip dari laman BRIN Rabu, 4 Oktober 2023. 
 
Sofa berharap webinar series kali ini dapat memberikan pengetahuan, mengetahui secara detil bagaimana kita mengidentifikasi mekanisme kerja tanaman obat sebagai anti kanker payudara, metode penelitian antikanker secara in vitro seluler.  "Juga bagaimana pengembangan tanaman obat sebagai anti kanker payudara dependen hormonal dengan pengujian in vivo melalui paparan tiga narasumber," ujar Sofa.
 
Frangky Sangande yang merupakan Postdoctoral PRBBOOT BRIN, memaparkan penelitiannya dengan judul "Identifikasi Mekanisme Kerja Tanaman Obat sebagai Antikanker Payudara Positif Era : Network Pharmacolgy dan Molecular Docking".
 
Frangky menjelaskan, ada dua metode network pharmacology dan molecular docking untuk mengidentifikasi mekanisme kerja tanaman obat sebagai antikanker pada payudara positif estrogen reseptor alpha.  Dalam penemuan tanaman obat ada dua pendekatan utama.
 
Pendekatan pertama berbasis target, pendekatan ini dari awal kita sudah menentukan target yang menarik. Ketika mendesain penelitian kita fokus ke salah satu target, sehingga berjalan proses pengembangan pada target tersebut dan pengujian langsung ke target contohnya pengujian dengan enzymatic assay.
 
Pendekatan kedua berbasis phenotype, pendekatan ini penentuan target bukan menjadi hal yang krusial tahap awal karena pengujian di tingkat seluler. "Pengujian seluler menggunakan sel sistem biologi in vivo protein, target molekul banyak muncul aktivitas," jelas Frangky.
 
Frangky juga menerapkan metode network pharmatology dan molecular docking untuk mengelusidasi mekanisme antihyperlipidemic sebuah formula yang terdiri dari tiga tanaman lebih komplek lagi.
 
"Secara garis besar ini adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam network prhamatology maupun molecular docking, contoh kasus salah satunya tanaman kemangi risetnya sedang berjalan di kelompok riset farmakologi dan toksilogi," ujarnya.

Uji Sitotoksistas 

Dalam kesempatan yang sama, Siska Andriana Kusumastuti, Perekayasa Ahli Madya Kelompok Riset Farmakologi dan Toksilogi PRBOOT BRIN, memaparkan penelitiannya dengan topik "Metode Penelitian Antikanker secara In Vitro Selluler".
 
"Uji antikanker seluler merupakan teknik pengujian antikanker kandidat obat/senyawa menggunakan sel kanker yang diisolasi dari jaringan manusia atau cell line komersial yang dikultur atau diperbanyak dengan kondisi tertentu disebut kultur sel untuk selanjutnya diuji dengan metode tertentu mengetahui ada tidaknya potensi penghambatan atau ketoksitan terhadap sel kanker," papar Siska.
 
Siska juga mengatakan, uji sitotoksistas adalah metode uji yang digunakan mengetahui ketoksitan suatu xenobiotic atau senyawa terhadap sel jenis tertentu bisa sel kanker atau sel normal yang didasarkan pada pengukuran kolorimetric atau luminescence.
 
Pada prinsipnya uji ini akan mengkuantifikasi berapa banyak jumlah sel yang hidup atau mati setelah paparan agen asing atau sampel yang diinginkan pada waktu inkubasi dan konsentrasi tertentu.
 
"Kegunaan uji sitotoksisitas adalah pertama, data pendukung untuk uji kemampuan kosmetik, supplemen. Kedua, tools atau skrining dan identifikasi senyawa baru/drug terapi kanker," imbuhnya.
 
Peneliti Ahli Utama dan Ketua Kelompok Riset Farmakologi dan Tosksikologi PRBBOT BRIN, Kurnia Agustini,memaparkan, penelitiannya dengan topik "Pengembangan Tanaman Obat sebagai Antikanker Payudara Dependen Hormonal melalui Pengujian In Vivo".
 
"Kanker payudara, menurut perhimpunan onkologi Indonesia tahun 2015 merupakan  keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Secara umum faktor resiko untuk kanker payudara antara lain usia, metobolisme, hormon, jenis kelamin, riwayat reproduksi, beberapa faktor lingkungan," tutur Kurnia.
 
Indonesia, menurut WHO tahun 2020 dari kasus kanker tersebut, terjadi pada wanita pada semua usia yang masih lumayan tinggi yaitu 30,8. "Penanganan masih terus berkembang sampai sekarang termasuk peneliti-peneliti dari tanaman obat, herbal masih berproses untuk mencari penanganan-penanganan yang terbaik diantaranya dari fito kimia dari ekstrak tanaman obat," pungkas Kurnia.
 
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id.
 
Baca juga:  BRIN: Tidak Ada Lagi Riset Arkeologi yang Bersifat Regional

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan