Pakar Korean Research Institute for Vocational Educational and Training (KRIVET), Young Saing Kim. DOK Vokasi Kemdikbud
Pakar Korean Research Institute for Vocational Educational and Training (KRIVET), Young Saing Kim. DOK Vokasi Kemdikbud

Pakar Asal Korea Ungkap Strategi Pendidikan Vokasi Hadapi Revolusi Industri 4.0

Renatha Swasty • 18 Oktober 2023 14:54
Jakarta: Pakar Korean Research Institute for Vocational Educational and Training (KRIVET), Young Saing Kim, mengungkapkan perkembangan industri Korea Selatan sangat cepat pasca perang Korea pada 1950-an. Hal itu lantaran adanya technical and vocational education training (TVET).
 
Young mengatakan perang Korea membuat masyarakatnya mengharuskan mengetahui perkembangan teknologi. Pemerintah Korea sering mengirimkan sumber daya manusia (SDM) pelatihan TVET bahkan sampai ke Jerman.
 
“Kami meningkatkan kualitas industri sekaligus meningkatkan kualitas SDM melalui TVET secara terus menerus. Pendidikan vokasi di Indonesia bisa mengikuti cara yang sama dan saya rasa kebijakan dan praktiknya sudah ada di Indonesia,” kata Young Saing Kim dalam Seminar Strategi dan Kebijakan TVET di Korea Selatan dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Rabu, 18 Oktober 2023.

Sebagai delegasi KRIVET, Young Saing Kim ingin memperlihatkan strategi pendidikan vokasi bisa melahirkan SDM berkualitas dan unggul di era revolusi industri 4.0.
 
“Contohnya ialah Korea. Di negara kami, industri menjadi rekan untuk pengembangan SDM, beberapa contohnya ialah industri besar seperti Samsung dan Hyundai. Kami memberikan pelatihan kewirausahaan agar lulusan TVET menjadi pengusaha seperti pemilik Samsung maupun Hyundai,” ujar dia.
 
Dia menuturkan Samsung sebagai industri besar di Korea terjun langsung terhadap penyediaan SDM di bidang TVET. Perusahan di bidang teknologi tersebut membina beberapa program TVET, membantu pengembangan kurikulum, sampai dengan penyerapan lulusan di sekolah TVET Korea.
 
"Kurikulum pendidikan di Korea 50 persen berasal dari industri dan 50 persen lainnya melalui kebijakan dari pemerintah dan sekolah,” beber Young Saing Kim.
 
Dia mengatakan lembaga TVET perlu berkolaborasi dengan industri untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, tantangan yang ada di era ini seperti globalisasi dan otomasi industri akan menciptakan pekerjaan baru sehingga SDM memerlukan keterampilan baru juga.
 
“Sebagai bentuk nyatanya adalah artificial intelligence (AI), untuk itu kita harus bisa berkolaborasi dengan AI. Saya menggunakan teknik coding untuk memudahkan kehidupan sehari-hari dan ini menjadi pembelajaran di sekolah di Korea. Bagaimana AI bisa membuat mesin-mesin dan membantu pengoptimalisasi industri,” tutur dia.
 
Young menegaskan era revolusi industri 4.0 harus mempersiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan digital. Transformasi dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan vokasi harus terus berkembang.
 
Sehingga, lulusan memiliki daya saing bisa hidup berdampingan dengan teknologi dan tidak menjadikan teknologi menjadi tantangan tetapi menjadi peluang.
 
“Ketika pendidikan vokasi bekerja di suatu negara secara efektif dan menghadirkan lulusan yang unggul, maka akan berdampak positif pada pemanfaatan teknologi baru,” ujar Young.
 
Baca juga: Perluas Akses Peningkatan Kompetensi, Kemenaker Dorong Pelatihan Vokasi Berbasis Desa

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan