Ilustrasi. Foto: MI/Galih Pradipta
Ilustrasi. Foto: MI/Galih Pradipta

Pendidikan Tinggi Vokasi Perlu Bertransformasi Guna Cetak Entrepreneur

Ilham Pratama Putra • 03 September 2021 21:49
Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengupayakan tranformasi pada pendidikan tinggi vokasi. Salah satunya, mencetak lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan.
 
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto mengatakan materi pembelajaran kewirausahaan harus terus didorong di Indonesia. Jumlah wirausahawan di Indonesia jangan sampai kalah dengan negara tetangga.
 
"Jumlah wirausahawan Singapura mungkin sudah di atas 10 persen, kita masih di angka 3 persen," kata Wikan dalam webinar Menuju Entrepreneurial University, Mencetak Lulusan Siap Berwirausaha, Jumat, 3 September 2021.

Wikan mengatakan dari hasil transformasi pendidikan itu, akan lahir empat juta pengusaha baru. Dia mengatakan dalam pengajaran nilai kewirausahaan, sering kali insan vokasi langsung membuat purwarupa.
 
Baca: Kompetensi Guru Vokasi Bakal Ditingkatkan Melalui Upskilling dan Reskilling
 
Insan vokasi membuat produk, tapi belum memastikan pembelinya. Menurut Wikan, insan vokasi seharusnya terlebih dahulu melakukan riset pasar, melihat peminat, menaksir jumlah pembeli, menentukan harga, hingga durasi produk berada di pasar kalau nanti laku.
 
Wikan mengungkapkan saat ini telah banyak sekolah menengah kejuruan maupun perguruan tinggi yang telah membuat berbagai mesin hingga kendaraan listrik, namun masih terganjal ketika akan dipasarkan. Menurut Wikan, harus ada pembenahan urutan dalam pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi.
 
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Pengembangan Produk dan Jasa Badan Pengelola Usaha Polman, Otto Purnawarman menekankan pentingnya penanaman entrepreneurial behaviour. Menurutnya, perguruan tinggi dalam menjalankan program kewirausahaan dapat menerapkan Production Base Education (PBE), yang terdiri dari kurikulum, teori, dan praktik.
 
"Teorinya terstruktur, maka praktiknya ini harus produk yang dijual di pasar, tapi bisa diatur oleh kurikulum. Polman sampai sekarang membuat model integrasi soal ini," tutur Otto.
 
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp 50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan