“Statistika yang dipelajari mengarah ke industri jadi lebih terbayang untuk karier ke depannya,” beber Septi dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan ITS, Jumat, 19 April 2024.
Penerima Beasiswa Cerdas Indonesia itu memanfaatkan kesempatan di ITS untuk mempersiapkan diri terjun ke dunia kerja. Hal itu terbukti melalui capaian prestasi akademik yang gemilang dengan perolehan IPK yang tinggi tiap semesternya.
Capaian baik itu pula yang mengantarnya lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,82. Dia menyandang sebagai Wisudawan Terbaik Sarjana Terapan.
“Puji syukur sejak semester pertama selalu masuk nominasi mahasiswa dengan IPK tertinggi,” kata dia bangga.
Semangatnya tidak terhenti dalam bidang akademik saja, alumnus D3 Statistika Universitas Negeri Padang (UNP) itu juga sempat magang di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pengalaman magang tersebut menjadi titik awal pemacu semangatnya untuk menempuh karier di dunia statistik, terlebih hal itu sesuai dengan minatnya.
“Saat itu ditempatkan di bagian entry data dan validasi sensus penduduk, banyak ilmu dan wawasan baru yang saya dapatkan,” ungkap dia.
Septi mengatakan pengalaman magang pertamanya menjadi nilai plus baginya untuk mencoba magang di tempat lain. Selanjutnya, ketika di ITS, alumnus SMAN 1 Malang ini juga berkesempatan mengikuti Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB).
Saat itu, ia berhasil lolos untuk magang di PT Indekstat Konsultan Indonesia sebagai analis riset survei. Semua pencapaiannya tersebut tidak luput dari komitmennya menekuni studi di ITS.
Ia mengaku jenjang karier yang dirajutnya berangkat dari penelitian tugas akhir (TA) yang mengkaji persoalan quality control industri perkebunan. Hal itu membawanya pada posisi kerja saat ini sebagai analis riset di perusahaan tempatnya magang sebelumnya.
Septi menyebut perjalanannya untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Ia kerap kali mengalami kendala dalam beradaptasi di lingkungan baru.
“Saat awal masuk ITS sebagai mahasiswa (lanjutan) harus beradaptasi dengan kebijakan dan lingkungan baru,” ungkap mahasiswi kelahiran Malang, 20 September 2000 tersebut.
Namun, kendala itu justru dijadikannya sebagai mesin pacunya untuk terus berkembang. Ia semakin belajar untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan lingkungan baru.
“Kita harus mau membuka diri dan saling membantu dengan orang lain, dengan begitu kita akan mudah beradaptasi di lingkungan baru sekalipun,” ujar dia.
Septi bersyukur dapat melanjutkan studi di ITS, sebab banyak sekali pengalaman dan peluang yang ditawarkan oleh Kampus Pahlawan kepada mahasiswanya. Dia merasa sangat terbantu dengan dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang sangat suportif.
Dia berpesan agar mahasiswa ITS yang masih berkuliah bisa memanfaatkan segala peluang yang ada di ITS untuk menggali minat dan potensi diri.
Baca juga: Jomlo Jangan Iri, Pasutri Ini Dikukuhkan Jadi Profesor Bersama di ITS |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News