Suasana belajar di kelas PAUD. Foto: Hei Schools
Suasana belajar di kelas PAUD. Foto: Hei Schools

Jangan Remehkan Kekuatan Bermain Bagi Kesuksesan Belajar Anak Usia Dini

Citra Larasati • 10 April 2023 05:48
Jakarta:  Hasil riset Universitas Helsinki mengungkapkan, perlunya lingkungan yang memaksimalkan masa emas anak-anak secara holistik.  Orang tua dan guru sebagai fasilitator belajar anak diminta untuk menstimulasi belajar anak melalui interaksi yang sesuai, yakni bermain.
 
Pakar Pendidikan Anak, Damar Wijayanti mengatakan, masa emas yang juga dikenal sebagai masa usia dini (usia 0-6 tahun).  Ini merupakan masa di mana penyerapan pengalaman positif akan memengaruhi kesehatan fisik, perkembangan otak, dan pertumbuhan mental anak. 
 
Ketika lingkungan aman sudah tersedia, riset Universitas Helsinki tersebut kemudian mendorong orang tua dan guru sebagai fasilitator belajar anak untuk memberi stimulasi belajar melalui interaksi yang sesuai, yaitu bermain.  “Tapi kita seringkali menganggap remeh kekuatan bermain,” ujar Damar dalam gelar wicara bertema ”HEI Schools Senayan: Building the Best Learning Environment through Play”, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 10 April 2023.

Padahal, kata Damar, melalui bermainlah anak-anak sedang dapat mengumpulkan pengalaman-pengalaman sebagai fondasi yang kuat untuk perkembangan optimal mereka ke depannya. Ketika bermain, anak juga memiliki kesempatan untuk melakukan kesalahan dalam konteks yang aman.
 
"Hal ini akan membantu mereka mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang sebuah konsep yang sedang dipelajari, sehingga mereka memahami hal yang perlu dilakukan dan tidak dilakukan di lingkungan dan interaksinya sehari-hari," terangnya.
 
HEI Schools Senayan Director, Arthalia Larsen mengatakan, inilah mengapa bermain adalah cara paling tepat untuk anak usia dini belajar. HEI Schools Senayan merupakan cabang pertama sekolah PAUD dan TK asal Finlandia di Indonesia, yang membawa metode pembelajaran Finlandia terbaik yang diadaptasi dengan kurikulum lokal untuk memenuhi kebutuhan anak-anak Indonesia. 
 
”Sesuai dengan riset dari Universitas Helsinki sebelumnya, HEI Schools meyakini bahwa play-based learning adalah praktik terbaik dalam pendidikan anak usia dini di seluruh dunia karena mendorong anak untuk belajar melalui permainan dan eksplorasi mandiri," kata Arthalia .
 
Arthalia menambahkan, riset juga membuktikan bermain adalah cara alami anak usia dini untuk belajar. "Dengan cara ini, mereka bisa belajar keterampilan-keterampilan penting secara spontan dan tanpa batasan seperti keterampilan sosial emosional melalui cara berinteraksi dan bernegosiasi dengan anak lain,” jelas Arthalia .
 
Untuk mendukung penerapan tersebut, HEI Schools Senayan menyediakan fasilitas area taman bermain di dalam sekolah bernama HEI Playcabin. Empat menara menjulang dengan tingkat ketinggian yang berbeda, disambungkan dengan jembatan-jembatan dari tali tambang dan material menyerupai kayu.
 
HEI Playcabin didesain sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan minat unik anak-anak dalam mengeksplorasi dirinya dan membangun relasi sosial dengan teman temannya. Penamaannya pun diberikan sendiri oleh anak-anaknya, dengan demikian ada rasa memiliki terhadap area bermain tersebut.
 
HEI Playcabin merupakan komitmen dari HEI Schools untuk menyediakan ruang bermain di luar yang berkualitas dan membebaskan anak belajar melalui bermain.  “Bagi satu anak, menara ini dibayangkan sebagai istana, bagi anak lain dibayangkan sebagai roket luar angkasa. Di sini lah seninya belajar dengan bermain. Mereka yang merangkai sendiri petualangan mereka, kita yang orang dewasa mendampinginya melalui interaksi yang mendukung secukupnya," ujarnya
 
Novi Tandjung, salah satu orang tua murid HEI Schools Senayan menyukai konsep belajar HEI Schools yang mementingkan bermain. Novi meyakini, cara ini memuaskan masa kecil anaknya tanpa mengesampingkan kebutuhan akademis untuk masuk jenjang pendidikan sekolah dasar.
 
“Para guru di HEI Schools memastikan anak saya belajar secara holistik. Misalnya, suatu saat dia terluka karena jatuh di area Playcabin. Gurunya langsung menggunakan momen tersebut untuk belajar tentang luka. Daripada berlama-lama dengan rasa sakitnya, anak saya malah jadi belajar tentang apa yang terjadi pada tubuhnya ketika kulitnya terluka, tentang apa itu darah dari buku yang diberikan gurunya,” tutup Novi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Baca juga:  Desain Kurikulum Dinilai Keliru, Bikin Anak PAUD Wajib Bisa Baca

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan