Kepala Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ade Mulyanah, mengungkapkan fenomena archaic words (kata yang dianggap kuno) dalam bahasa Sunda disebabkan banyak faktor. Salah satunya terkait dampak dari kemajuan teknologi.
"Berkurangnya generasi tua, berkurangnya fungsi bahasa, dan rendahnya tingkat masyarakat dalam penggunaan bahasa daerah yang akhirnya menyebabkan beberapa kata dalam Bahasa Sunda tidak banyak diucapkan lagi," kata Ade dalam Konferensi Internasional Pertama mengenai Preservasi Bahasa dan Sastra (The 1st International Conference on Language and Literature Preservation/ICLLP) dikutip dari laman brin.go.id, Rabu, 22 Februari 2023.
Sementara itu, peneliti Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Restu Sukesti, mengungkapkan mengenai partikel-partikel bahasa Jawa yang memiliki kekhasan. Seperti partikel "La", "Toli", "Mbok", "Soten", dan "Kaya Kuwe" sebagai spesifikasi dialektis dari Bahasa Jawa Banyumas.
"Bahasa Jawa dialek Banyumas sebagai wilayah relig merupakan bahasa yang menyimpan Bahasa Jawa kuno," kata dia.
Restu mengungkapkan partikel tersebut menjadi suatu kekhasan daerah dialek Banyumas. Hal ini karena partikel tersebut sering digunakan dalam bahasa lisa dan tidak terdapat pada bahasa atau dialek lain.
"Selama ini dokumentasi terkait fitur-fitur linguistik sintagmatik masih belum maksimal, dibandingkan morfologis. Ini perlu kita dokumentasikan sebagai bentuk preservasi bahasa daerah," ujar dia.
Pada sesi panel kelompok teknologi digital untuk preservasi bahasa dan sastra, pemateri dari Direktorat Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah (RMPI) BRIN, Noviastuti Putri, menjelaskan selama ini BRIN telah melakukan banyak pendokumentasian budaya dan bahasa lokal melalui program akuisisi pengetahuan lokal.
Program akuisisi memberikan opsi penyebarluasan hasil penelitian terhadap budaya dan bahasa yang hampir punah dengan keterjangkauan lebih luas, berupa film dokumenter yang proses pembuatannya bisa melalui skema call for content creator terbuka untuk masyarakat umum dengan adanya proses pendampingan.
Pendokumentasian dengan lebih baik sehingga konten digital bisa terjaga dan mudah diakses bagi generasi berikutnya. "Program ini bisa menjadi pijakan untuk kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak yang memiliki visi preservasi bahasa dan budaya," jelas dia.
Selain dari BRIN, pemakalah dari kalangan akademisi dan pengajar juga berpartisipasi dalam sesi panel yang terbagi menjadi berbagai kelompok, di antaranya kelompok dokumentasi bahasa, kelompok bahasa dan sastra di era digital, kelompok preservasi bahasa dan sastra di sosial budaya, dan sebagainya.
Konferensi Internasional Preservasi Bahasa dan Sastra sendiri digelar selama dua hari dengan total pemakalah mencapai 133 orang. Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh setiap tanggal 21 Februari.
Konferensi ini juga bertujuan memberikan informasi latar belakang tentang pentingnya keragaman bahasa daerah di dunia. Kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran dalam pelestarian, revitalisasi, dan memperkenalkan bahasa daerah.
Dalam kesempatan ini juga diluncurkan database repositori bahasa daerah berbasis digital yang diberi nama Language Documentation of Indonesia (LADIN).
Baca juga: Hari Bahasa Ibu Internasional Mesti Jadi Refleksi Peningkatan Penutur |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News