Seminar Internasional dengan tema Transcultural Dialogue on Art and Design ini mencoba membaca dinamika seni rupa dan desain saat ini yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh globalisasi yang dipicu pekembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Kondisi tersebut berdampak terhadap praktik seni dan budaya di luar batas negara-bangsa semuanya saling berinteraksi dan beririsan sehingga memiliki spirit transkultural, dan intercultural.
Sebagai sebuah konsep transkulturalisme secara kritis dapat memberikan titik masuk dalam memahami zona kontak ketika budaya bertemu, berinteraksi, ditantang, atau diubah melalui percampuran budaya.
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain IKJ, Anindyo Widito mengatakan, kegiatan Seminar Internasional ini fokus pada wacana dan praktik transkultural dari estetika, sejarah, teknologi, hingga politik identitas. "Kegiatan ilmiah ini mempertemukan seniman, desainer, kurator, peneliti dari berbagai disiplin ilmu untuk merefleksikan praktik seni rupa dan desain dalam kontak lokal dan global," kata Anindyo dalam sambutannya, Selasa, 6 Desember 2022.
Diharapkan seminar tingkat internasional ini dapat terus berkesinambungan. Pada sisi lain, seminar Internasional ini membangun discourse analisys, dalam menyikapi eksistensi seni rupa yang selama ini seakan berpusat di Barat atau dikenal sebagai Euro-Amerika sentrisisme.
Berbagai kajian, pemikiran, gagasan dan kritik baik yang disampaikan para narasumber dan artikel ilmiah dari peserta seminar diharapkan dapat meng-counter pandangan tersebut. Berangkat dari pemikiran tersebut, seminar internasional ini menghadirkan kajian-kajian dari para akademisi, peneliti, perupa yang memiliki fokus pada wacana transkultural dalam praktik seni, termasuk seni rupa, dan kerajinan, desain komunikasi visual, desain interior hingga fashion.
Kegiatan Seminar Internasional diselenggarakan secara daring dan dibagi dalam dua sesi, hari pertama, Selasa, 6 Desember 2002 menampilkan narasumber:
- Rektor IKJ, Dr. Indah Tjahyawulan.,M.Sn "Instagram as a Medium of Transcultural Interaction
- Rénee Akitelek Mboya (Wali Chafu Collective, Nairobi) Lullaby For A Small Death: On Mythology And Mortality In The Archive
- Rodolfo Andaur (Curator and cultural manager) Iquique, Curating Territorial Research Trips
- Grace Siregar (Indipendent artist, Isle of Bute, Scotland) Ulos as a Futuristic Traditional Element in my Contemporary Art Work
- Lian Ladia (The David Ireland House at 500 Capp Street, San Francisco) Minor Curatorial Gestures.
Rektor IKJ, Indah Tjahjawulan, Rektor IKJ menjelaskan, globalisasi telah memberikan konteks baru bagi antarbudaya untuk saling berinteraksi. Menurut Indah, transkulturasi merupakan proses pembentukan budaya dengan beberapa karakteristik.
"Di antaranya hybrid, dinamis, melampaui batas geografis, melampaui batas budaya, yang kemudian menciptakan konteks dan bentuk baru," kata Indah.
Transkulturasi ini, kata Indah, semakin kuat dengan kehadiran sosial media, termasuk Instragram dengan 2 miliar pengguna dari masyarakat dunia dan 60 juta pengguna di Indonesia. Melalui beragam fitur yang dimiliki Instagram Reels, Indah meyakini aplikasi ini menjadi medium baru dalam membangun komunikasi transkultur.
"Melalui Reels pengguna, baik sebagai influencer maupun follower, salin berinteraksi satu sama lain untuk memproduksi atau mereproduksi produk budaya yang beragam," papar Indah.
Menurut Indah, dalam Instragram Reels juga dapat dilihat transkulturasi terjadi melalui proses pencampuran budaya dan produk baru. "Kita tidak lagi melihat apakah itu budaya Jepang, atau budaya Korea, atau budaya Indonesia. Itu yang terjadi di Reels Instagram. Inilah transkultur," ujar Indah.
Baca juga: Karya Mahasiswa FSRD Mejeng di TIM, IKJ Berharap Pemeran 'Ditengok' Anies Baswedan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id