Berdasarkan data yang diperoleh dari dashbooard IKM pada 5 Juni 2022, Jatim menjadi pelaksana jumlah kepesertaan pada SLB, SMA, dan SMK di IKM jalur mandiri mencapai 2.754 lembaga atau 76 persen. Dengan rincian, SMA sebanyak 1.047 lembaga, SMK ada 1.474 lembaga, dan SLB sebanyak 233 lembaga.
"Apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak, satuan pendidikan, ketua MKKS, ketua Korwas provinsi, Ketua MKPS provinsi yang telah bersama-sama membangun sinergi positif dalam pembangunan pendidikan di Jawa Timur," ujar Khofifah, Surabaya, Senen, 5 September 2022.
Khofifah mengatakan banyaknya sekolah yang sudah menerapkan IKM tak terlepas dari komitmen untuk menyelesaikan persoalan learning loss selama pandemi covid-19. Dia menegaskan pihaknya, melalui Dinas Pendidikan Jatim, akan mendukung secara penuh kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknologi Nadiem Makarim dalam implementasi kurikulum merdeka mandiri.
Khofifah berpendapat dengan adanya kurikulum yang tepat pada kondisi khusus ini, akan mampu menguatkan pentingnya perubahan tentang rancangan dan strategi implementasi secara efektif dan efisien.
"Kurikulum merdeka merupakan jawaban untuk mengatasi krisis pembelajaran yang terjadi saat ini, karena pandemi covid-19 yang menyebabkan terjadinya penurunan dan kesenjangan kualitas pembelajaran," tegas dia.
Baca: Yogyakarta Pastikan Seluruh SD-SMP Jalankan Kurikulum Merdeka |
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Wahid Wahyudi, menjabarkan ada perubahan dan perbedaan kurikulum merdeka ketimbang kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum merdeka, struktur kurikulum menjadi lebih fleksibel dengan jam pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam satu tahun.
Di samping itu, guru akan lebih fokus pada materi esensial karena capaian pembelajaran diatur per fase. "Kurikulum merdeka ini juga memberikan keleluasaan bagi guru dalam menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa," terang dia.
Contohnya, kata Wahid, guru olahraga yang pada dasarnya memberikan pembelajaran dalam bentuk projek based learning. Siswa tidak hanya mengetahui secara teori, tetapi juga dipraktikkan.
"Merdeka belajar sudah dicerminkan oleh guru olahraga. Mereka tidak hanya mengajarkan teori tapi juga praktik. Misal guru memberikan pembelajaran teori permainan bola voli, agar siswa memahami dan mengerti, maka teori yang diajarkan tersebut dipraktikkan di lapangan. Guru olahraga juga memberi kebebasan pada siswa untuk menyukai olahraga yang sesuai bakat minatnya," jelas dia.
Selain itu, kata dia, ada platfom merdeka mengajar yang menyediakan berbagai referensi untuk guru agar dapat terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik. Perbedaan lainnya, jelas Wahid, terletak pada kebebasan yang diberikan kepada sekolah dalam menentukann atau menyusun kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.
Walaupun pemerintah memberikan tiga pilihan kurikulum yang bisa dipilih sekolah, namun dia memotivasi sekolah untuk mencoba memakai kurikulum merdeka. Sebab, evaluasinya terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka yang ada di SMK maupun SMA dan SLB, hasilnya sangat bagus terhadap peningkatan kreativitas dan karakter peserta didik.
Selain itu, kata dia, kurikulum merdeka sangat memanusiakan manusia yang tujuannya adalah untuk menghargai harkat dan martabat peserta didik. "Satuan pendidikan dapat mengimplementasikan kurikulum merdeka secara bertahap sesuai kesiapan masing-masing," kata dia.
Tak hanya bagi sekolah, kurikulum merdeka dinilai memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih kelompok mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya di fase F (kelas XI dn XII). Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa.
"Pembelajaran dalam IKM ini berbasis project, jadi memberikan kesempatan lebih luas pada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual lingkungan atau kesehatan. Project ini untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar pancasila," ujar Wahid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News