Kepala Sekolah SMPN 52 Jakarta Timur, Heru Purnomo, Foto: Dok. Pribadi
Kepala Sekolah SMPN 52 Jakarta Timur, Heru Purnomo, Foto: Dok. Pribadi

SMPN 52 Merelaksasi Jumlah Mata Pelajaran Selama Pandemi

Ilham Pratama Putra • 05 Juni 2020 15:29
Jakarta:  Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar dari Rumah di DKI Jakarta telah berlangsung selama tiga bulan akibat pandemi virus korona (covid-19).  Ada sejumlah terobosan yang dilakukan sekolah setelah melakukan evaluasi pelaksanaan PJJ, salah satunya di SMP Negeri 52 Jakarta Timur.
 
Kepala Sekolah SMPN 52 Jakarta Timur, Heru Purnomo menyampaikan, proses PJJ di sekolahnya selalu mengalami penyesuaian. Hal itu guna mencari penerapan yang tepat untuk guru dan siswa, agar proses belajar mengajar terus berjalan baik pada masa darurat.
 
Salah satu, penyesuaian yang dilakukan ialah pengurangan jumlah mata pelajaran. Permasalahan ini muncul pada minggu ke dua PJJ di sekolah tersebut.

"Kami putuskan dalam PJJ, siswa di setiap hari hanya belajar dua mata pelajaran. Agar nuansanya ada relaksasi dalam pembelajaran," kata Heru kepada Medcom.id, Jumat 5 Juni 2020.
 
Baca juga:  Kemendikbud Undur Pengumuman Protokol Pembukaan Sekolah
 
Relaksasi itu muncul merespons banyaknya keluhan siswa yang mengerjakan tugas hingga larut malam. Menumpuknya pembelajaran siswa juga sempat menuai protes orang tua.
 
"Merespons dinamika seperti itu, kami jajaran manajemen melakukan rapat untuk evaluasi. Dari sana muncul lagi penyederhanaan konten PJJ yang tidak mengejar target kurikulum. Namun tetap mencapai kompetensi," terang dia.
 
Namun, masalah belum berhenti di situ, kata Heru. Siswa dihadapkan pada masalah kebosonan saat belajar. Evaluasi selanjutnya terus dilakuka, dan membuahkan hasil untuk menciptkan konten belajar yang menyenangkan.
 
"Contohnya, pada hari itu siswa belajar Pendidikan Agama dan Matematika . Untuk mata pelajaran agama dengan tema Takwa. Siswa kami suruh memahami terlebih dulu tentang Takwa dari buku paket, selanjutnya diekspresikan dalam bentuk membuat karya kaligrafi misalnya," jelas Heru.
 
Pihaknya berkomitmen untuk terus mengevaluasi PJJ. Tiap keluhan siswa akan menjadi bahan untuk membuat PJJ semakin baik dan berhasil.
 
"Evaluasi harus sering dilakukan agar tidak terjadi keluhan-keluhan yang akhirnya siswa jenuh. Ujungnya kerap menjadi siksaan bagi siswa, sehingga muncul kesan PJJ tidak menyenangkan, serta tidak bermakna," tutup dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan