Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpusnas. Foto: Perpusnas
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpusnas. Foto: Perpusnas

Libatkan 3 Juta Warga Marjinal, TPBIS Dilakukan di 3.262 Desa

Citra Larasati • 19 Desember 2023 17:41
Jakarta:  Kegemaran membaca di satuan pendidikan sudah berkembang melalui sekolah maupun perguruan tinggi. Kemudian di masyarakat ada program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), di mana perpustakaan jadi ruang terbuka bagi masyarakat.
 
TPBIS sudah dilakukan di 3.262 desa yang sudah bertransformasi dan melibatkan 3 juta warga termarjinalkan. “Sehingga konsep perpustakaan menjangkau masyarakat sudah maksimal, kalau dilihat dari locus-locus yang kita bangun,“ kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakan pada Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Adin Bondar, dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa, 19 Desember 2023.
 
Ia menambahkan, per Desember sudah ada 2.494 desa yang direplikasi melalui TPBIS. "Banyak warga yang awalnya pengangguran, tapi begitu program ini hadir, dapat pengetahuan baru didampingi fasilitator yang kita didik,“ lanjut Adin. 

Adin mengemukakan, ada beberapa parameter perubahan yakni dari segi ekonomi. Masyarakat marjinal dapat kemampuan baru.
 
Seperti awalnya berjualan makanan, tapi tidak tahu bagaimana memasarkan produk dengan baik. Melalui porgram Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sudah di upgrade dan berkembang menjadi usaha katering. 
 
Dari segi aspek lain meningkatkan hubungan secara sosial, karena sama-sama bertemu di perpustakaan.  Adin mengungkapkan ide terciptanya TPBIS berawal dari prinsip pembangunan inklusi.
 
Sebab, di seluruh dunia bertumpu pada penguatan SDM. Di mana setiap orang berhak mencipta, mengakses dan memanfaatkan sumber informasi dan pengetahuan.
 
“Dampak ganda dari seorang literatf pada seseorang dan  kesejahteraan negara. Jadi, semain tinggi indeks literasi masyarakat, maka negara itu akan maju dan sejahtera.“
 
“Sangat  berbeda dengan negara yang literasinya rendah. Maka  berdampak pula pada kemiskinan yang tinggi, kesehatan buruk dan pengangguran besar,“ tegas Adin.
 
Oleh karena itu, sejalan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, upaya menumbuhkan budaya baca ada tiga pilar, yakni keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat,
 
Untuk pilar yang pertama, keluarga adalah fondasi awal untuk meningkatkan budaya literasi di era digital. Sebab, keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak. Kemudian untuk satuan pendidikan di mana Kemendikbud Ristek telah mengembangkan buku yang menunjang kecakapan literasi.
 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkomitmen mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju dan berdaya saing melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.  Dalam RPJMN tersebut, isu literasi secara spesifik disebutkan. 
 
Adin mengatakan, patut bersyukur jika komitmen pemerintah telah memberikan legacy yang sangat kuat di dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Terlihat dari RPJMN 2020-2024 jadi prioritas nasional. 
 
"Dalam  konsep penguatan budaya literasi akan terwujud masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter. Kalau dicermati dalam RPJMN itu, dicapai melalui pengembangan kegemaran budaya membaca, penguatan konten perbukuan literasi dan peningkatan akses," kata Adin.
 
Baca juga: Perpusnas Bagikan 3 Cara Meningkatkan Budaya Literasi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan