Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Perpusnas Bagikan 3 Cara Meningkatkan Budaya Literasi

Citra Larasati • 12 Desember 2023 18:04
Jakarta:  Upaya peningkatan budaya literasi dilakukan melalui tiga cara. Yakni kegemaran membaca masyarakat, penguatan perbuatan dan konten literasi serta peningkatan akses perpustakaan berbasis inklusi sosial.
 
Perlu ada satu kesadaran keluarga bagaimana membangun SDM lebih awal yang berbasis kepada keluarga. Yakni melalui tahapan yang dilakukan untuk penguatan literasi yang dibagi ke dalam tiga segmentasi.
 
Pertama, ada kelompok pranikah. Mereka akan diberikan edukasi untuk memiliki kesadaran yang baik, bagaimana membangun hubungan keluarga yang harmonis, memahami reproduksi dan lain-lain, sehingga menjadi keluarga bahagia setelah menikah.

Kedua adalah keluarga yang akan memiliki anak. Kelompok ini akan diberikan edukasi melalui konten-konten literasi yang bisa diakses. Mereka punya panduan melakukan stimuiasi perkembangan kognetif, emosional motorik anak.
 
“Dan yang ketiga adalah tahap anak pada usia emas 0-6 tahun. Melalui stimulasi berbagai kegiatan yang dilakukan keluarga,“ ucap Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan pada Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Adin Bondar dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa, 12 Desember 2023.
 
Adin mengungkapkan. jika Perpusnas saat ini sudah mengembangkan perluasan akses pengetahuan literasi keluarga secara digital yang disebut SuperApp melalui platform yang ada pada IPusnas dan Bintang Pusnas Edu. 
 
Konten yang berada dalam SuperApp Perpusnas menyajikan koleksi buku digital, dan beragam koleksi digital lainnya seperti buku audio, buku video, tutorial edukasi, jurnal ilmiah yang dapat diakses melalui play store atau app store . Dalam Aplikasi Bintang Pusnas Edu, pengguna tidak hanya dapat membaca berbagai buku. Namun juga mendengarkan lagu hingga menonton video. 
 
“Semua itu guna peningkatan kualitas perpustakaan sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) dan enam bentuk perguruan tinggi dalam mendukung program merdeka belajar dan kampus merdeka serta percepatan pembinaan perpustakaan dalam menjalankan tugas fungsinya,“ papar Adin.
 
"Tidak hanya menyasar anak-anak pendidikan, kami pun membangun kolaborasi lintaskementerian, melibatkan kementerian agama, kementerian kesehatan, kemenristek, kementerian pemberdayaan perempuan dan anak serta BKKBN supaya ketersediaan akses digital terhadap keluarga bisa diakses seluruh lapisan masyarakat," terangnya.
 
Khusus di beberapa wilayah sinyal telekomunikasi belum memadai untuk mengakses internet. "Kami akan melakukan program denga cara menempel stiker barcode yang ditempel di rumah-rumah penduduk. Jadi, tetap bisa mengakses layanan perpustakaan digital meski tanpa jaringan internet,“ sebut Adin. 
 
Program penguatan literasi keluarga berbasis digital mobile adalah upaya mendukung transformasi perpustakaan inklusif untuk kesejahteraan, mulai dari usia  bunda mengandung hingga ke usia lanjut.
 
Menurutnya, peran literasi keluarga dalam perkembangan otak manusia sejak dalam kandungan sangat penting. Peningkatan kualitas bacaan dan stimulasi otak sejak usia dini dapat membantu membangun fondasi kuat untuk perkembangan anak-anak.
 
"Usia emas anak adalah 0-6 tahun, dan pada periode ini, anak-anak memerlukan role model, bacaan, dan permainan edukatif. Konsep ini harus didorong agar bangsa kita memiliki daya saing di masa depan," ungkapnya.
 
Penguatan literasi keluarga berbasis digital, lanjutnya, merupakan inovasi yang dianggap perlu untuk memberikan akses informasi dan pengetahuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, dari anak-anak hingga orang dewasa.
 
"Banyak kasus gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh ketidaktahuan tentang gizi dan perawatan yang baik. Oleh karena itu, peningkatan akses informasi dan pengetahuan adalah kunci dalam mengatasi masalah ini," lanjut Adin.
 
Dengan literasi yang kuat, individu dapat mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi, memperbaiki ekonomi, dan pada akhirnya, membangun kebahagiaan dan rasa percaya diri dalam masyarakat. Literasi sebagai kemampuan ini untuk membangun kesadaran masyarakat agar kualitas hidupnya semakin meningkat. 
 
Rencana penguatan budaya literasi akan terus dilakukan edukasi, pembinaan berkelanjutan. Keluarga harus hadir menjadi role model, katalisator bagi upaya penguatan gemeran membaca. Kesadaran orang tua harus ada.
 
Tentu dengan memanfaatkan budaya literasi yang dikukuhkan sebagai role model kegemaran membaca.  “Pembentukan manusia berkualitas tidak hanya pada satuan pendidikan, tapi ada di orang tua. Akan bentuk keluarga pilihan sebagai role model bagaimana mengakselerasi kegemaran membaca pada keluarga,“ imbuhnya.
 
Keberpihakan pemerintah kepada perpustakaan juga harus ditunjukkan. Jangan dianggap program liteasi tidak penting. Pengetahuan jadi garda terdepan membangun kreaivitas. Membaca jadi kebiasaan bukan paksaan dan dilakukan melalui kesadaran,“ tukasnya.
Baca juga:  Keluarga Jadi Fondasi Awal Budaya Literasi di Era Digital

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan