Kepala Bidang Sekolah Menengah Dispendik kota Surabaya, Sudarminto mengatakan, rencana dibukanya proses KBM dimulai di 21 SMP swasta maupun negeri yang mewakili lima wilayah sekolah di Surabaya sebagai pilot project-nya.
"Senin ada dua sekolah yang dilakukan simulasi protokol kesehatan. Yakni SMPN 15 dan SMPN 13. Simulasi diperankan oleh karyawan serta para guru," jelas Sudarminto, Senin, 3 Agustus 2020.
Dalam kegiatan simulasi ini, sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project menyerahkan SOP (Standar Operasional Prosedur) Protokol Kesehatan. Selanjutnya, tim dari Dispendik melakukan pengawasan kesiapan di lapangan dan dilanjutkan dengan simulasi protokol kesehatan.
“Simulasi itu memberikan gambaran ketika anak (peserta didik) mulai masuk ke sekolah, proses pembelajaran di sekolah, hingga pulang ke rumah,” terangnya.
Pertama, sebelum masuk gerbang sekolah peserta didik wajib diperiksa suhu tubuhnya menggunakan thermo gun. Kemudian, mereka diarahkan petugas untuk mencuci tangan dengan sabun dan masuk antrean ke bilik disinfektan.
“Sebelum anak-anak mengikuti action materi pelajaran itu sendiri, maka yang dilakukan guru adalah mengingatkan protokol kesehatan terlebih dahulu," tambahnya.
SOP protokol kesehatan tak hanya diterapkan saat peserta didik mengikuti kegiatan belajar di kelas, melainkan ketika peserta didik ingin ke toilet atau melakukan aktivitas lain termasuk pulang sekolah.
Selain itu, kapasitas jumlah peserta didik di setiap kelas beserta jam pelajaran juga akan dikurangi. Terutama mengutamakan mata pelajaran yang dinilai esensial.
“Tidak harus seluruh mata pelajaran dan jam pelajaran tidak harus 45 menit, bisa 25 menit. Kemudian yang masuk (peserta didik) tidak perlu 100 persen, mungkin bisa 25 persen atau 50 persen tergantung kesiapan sarana prasarana sekolah,” katanya.
Bahkan, pihak sekolah juga wajib memberlakukan protokol ketat bagi warga yang masuk ke lingkungan sekolah. Apalagi mereka yang memiliki penyakit penyerta.
Hal ini semata-mata untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus covid-19 di lingkungan sekolah. “Jadi anak nanti yang punya penyakit bawaan ya tidak perlu masuk, termasuk orang tuanya tidak mengizinkan tidak perlu masuk. Faktornya banyak, jadi gurunya harus sehat, sekolahnya harus komplet protokolnya, anaknya juga harus sehat,” tegasnya.
Kegiatan simulasi ini, akan dilakukan evaluasi dengan Tim Ahli Gugus Tugas dan akan dibahas bersama terkait keputusan pelaksanaan KBM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News