Para peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi menemukan obat-obatan dengan harga terjangkau, terutama untuk penyakit kanker. Hal itu mengemuka dalam acara The 6th Internasional Seminar on Pharmaceutical Sciences and Technology (ISPT) and 15th ISCC Annual Meeting 2024 bertema “Pharmaceutical Science Innovaton on Cancer Healtcare Technology”
“Harapan kami, ada banyak tersedia obat-obat yang cost effective sehingga BPJS Kesehatan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi. BPJS Kesehatan terus berupaya untuk melakukan transformasi kualitas, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih mudah, lebih cepat, dan yang paling penting adalah pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi,” ujar Ghufron dikutip dari laman unpad.ac.id, Senin, 4 November 2024.
Ghufron menuturkan dalam 10 tahun terakhir melalui transformasi kualitas, BPJS Kesehatan berhasil membawa Indonesia menjadi salah satu negara yang mencapai cakupan kesehatan universal tercepat di dunia hingga mendapatkan penghargaan Universal Health Coverage Award dari International Social Security Association (ISSA).
Dia menyebut untuk mencapai hal tersebut tentu banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya, mempersiapkan catastrophic financing bagi beberapa penyakit dengan pembiayaan sangat besar, salah satunya adalah kanker.
Oleh karena itu, sangat diperlukan intervensi dalam produksi obat untuk kanker serta mengelola catastrophic illnesses dengan mengoptimalkan kompetensi penyedia layanan kesehatan, standarisasi layanan kesehatan, dan melakukan promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan.
Semua masyarakat dapat mengakses pemeriksaan riwayat kesehatan hanya dengan menjawab 47 pertanyaan di aplikasi Mobile JKN yang dikembangkan oleh BPJS. Apabila pasien berisiko terkena kanker, otomatis disarankan memeriksa IVA di fasilitas kesehatan primer.
"Jika positif, mereka akan diberikan perawatan dengan prosedur yang benar untuk merawat pasien kanker,” jelas Ghufron.
Inovasi lainnya dari aplikasi Mobile JKN adalah fitur “BUGAR” yang berfungsi mencatat dan merekam vitalitas tubuh, seperti detak jantung, tekanan darah, pengeluaran energi, jumlah langkah, waktu tidur, dan sebagainya. Intervensi lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan adalah fitur yang menghubungkan dokter di berbagai tempat dapat mengetahui kondisi kesehatan pasien.
Ghufron berharap standarisasi layanan dan fasilitas kesehatan di Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan kontrol kualitas dan kontrol biaya. Tidak hanya itu, memetakan area prioritas untuk mengembangkan fasilitas layanan kanker dan sumber daya manusia juga perlu dilakukan.
Terutama pembangunan kapasitas untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam perawatan kanker, obat-obatan, dan apotek sangat penting. Serta distribusi merata untuk layanan di seluruh negeri.
"Kemudian, memperkuat layanan kesehatan primer sebagai pemantau pasien sehingga perawatan dapat mengurangi perburukan penyakit,” jelas dia.
Dekan Fakultas Farmasi Unpad, Ajeng Diantini, mengatakan obat-obatan berkualitas baik dengan harga terjangkau diperlukan untuk mendukung layanan BPJS Kesehatan. Hal itu agar bisa memberikan fasilitas pengobatan lebih luas lagi.
“Penyakit itu macam-macam, dari yang biayanya ringan sampai yang pengobatan mahal seperti kanker. Tidak semua obat bisa dicover, hanya yang cost effective saja dalam arti memiliki efektivitas yang baik, efek samping rendah dan harga terjangkau. Itu yang diupayakan oleh semua yang terlibat dalam penyediaan obat baik indsutri farmasi dan para peneliti,” ujar Ajeng.
Ketua panitia seminar, Muchtaridi, mengatakan topik ISPST ke-6 kali ini mengangkat isu inovasi ilmu farmasi dalam teknologi pelayanan kesehatan kanker termasuk penemuan dan pengembangan obat serta alat diagnosa kanker.
“Universitas Padjadjaran sangat peduli terhadap penyakit kanker, salah satu bukti nyata kepeduliannya, Universitas Padjadjaran berinisiatif mendirikan rumah sakit kanker dan akan segera hadir di Bandung,” ujar Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad itu.
Muchtaridi memaparkan ISPST ke-6 dan ISCC ke-15 melibatkan 19 pembicara, termasuk 9 pembicara utama, dan 18 pembicara undangan dari 7 negara, Jepang, Korea Selatan, Australia, Malaysia, Thailand, Yordania, dan juga Indonesia.
Baca juga: Pertama di Dunia, UI Meneliti Gen Penentu Respons Pengobatan Kanker Nasofaring |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News