Ova mengatakan kerja sama dengan Microsoft dapat memunculkan potensi-potensi yang dapat disinergikan sehingga dapat bermanfaat dalam lingkup kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi. Dia menyebut kerja sama antara UGM dan Microsoft sudah berlangsung selama 10 tahun yang dimulai pada 2014.
Penandatanganan nota kesepahaman ini dapat membuka kesempatan bagi fakultas, prodi, maupun pusat studi di UGM melakukan kerja sama dalam berbagai bentuk kegiatan. “Direktorat Teknologi Informasi (DTI) UGM, misalnya, telah membuat chatbot AI yang mampu digunakan oleh sivitas akademika,’ ujar Ova dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 9 September 2024.
Dharma Simorangkir menyambut baik kesempatan kerja sama antara UGM dan Microsoft. Ia menyebut kerja sama ini merupakan momentum baik, apalagi kini telah menjelang era baru, yakni era kepintaran buatan atau AI.
“Banyak peluang muncul dengan kehadiran AI. Momentum ini tidak boleh kita manfaatkan sebagai pengguna saja, tetapi juga sebagai bagian yang turut menghadirkan dan menciptakan AI dengan beragam kebermanfaatan, yang misalnya membantu menyelesaikan permasalahan dunia pendidikan,” ujar Dharma.
Ia mengungkapkan komitmen penggunaan AI di Microsoft yang dianalogikan seperti pilot dan kopilot. Dalam hal ini, manusia menjadi pilot yang menentukan pengambilan keputusan, sedangkan AI menjadi kopilot yang membantu manusia menyelesaikan pekerjaan.
Dharma berharap peluang pemanfaatan AI dapat ditangkap dengan kerja sama dengan perguruan tinggi. “Kami berharap kerja sama ini mampu menghasilkan talenta-talenta yang paham dan menguasai pengembangan AI sehingga mampu menjembatani antara dunia pendidikan dan industri,” harap dia.
Kepala Biro Transformasi Digital UGM, Mardhani Riasetiawan, memaparkan penggunaan dan perkembangan AI di UGM yang akan digarap bersama Microsoft. Ia mengatakan ke depan akan didirikan UGM Center for AI, yaitu sebuah pusat komunitas yang aktif bergerak di bidang kecerdasan buatan. UGM dan Microsoft juga tengah menggarap beberapa proyek.
“Salah satu hal yang tengah disiapkan adalah research assistant AI yang bekerja sama dengan Microsoft, yang bisa digunakan oleh sivitas akademika untuk mempermudah dalam proses riset,” sebut Mardhani.
Inovasi lainnya yang tengah disiapkan adalah chatbot AI yang akan membantu beberapa layanan seperti kesehatan sebagai teman konsultasi. Mardhani tidak menutup kemungkinan model AI ini juga dapat dikembangkan sebagai tenaga pelayanan lain seperti literasi bahasa dan ilmu kedokteran.
Education Lead Microsoft Indonesia, Arief Suseno, mengungkap beberapa penerapan kerja sama Microsoft dengan UGM. Seperti pengembangan dan penerapan AI di berbagai disiplin ilmu yang akan didukung hadirnya Pusat AI UGM.
Arief mengatakan pengembangan ini juga mesti menerapkan kolaborasi pada tata kelola AI yang bertanggung jawab dan etis. Microsoft juga menawarkan pengembangan talenta AI bagi sivitas akademika di UGM.
“Kami juga telah menyediakan kurikulum pengajaran AI sehingga dosen dapat menggunakannya di ruang kelas. Kami juga menyediakan mesin Azure Open AI yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen secara gratis. Pengguna juga diberikan saldo sebesar 100 dollar untuk mengakses di luar 85 kursus gratis yang tersedia,” ungkap Arief.
Kerja sama ini diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Sehingga mampu membuahkan karya sebagai kontribusi nyata, baik untuk Indonesia dan dunia.
| Baca juga: UGM Gandeng NUS Sukseskan Proyek IKN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
