Di bagian terjauh tata surya, jauh di luar planet-planet yang kita kenal, sebuah dunia besar yang tertutup es mungkin tersembunyi, menunggu ditemukan. Hari ketika kita akhirnya menemukan planet yang sulit ditemukan ini mungkin segera datang, berkat teleskop canggih yang akan mulai menjelajahi langit mulai tahun depan.
Tata surya kita memiliki delapan planet yang diakui, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa astronom mengusulkan mungkin ada planet kesembilan yang bersembunyi di ujung tata surya kita.
Bukan Pluto yang kini berstatus sebagai 'planet kerdil', melainkan sebuah raksasa gas atau es yang kemungkinan berada jutaan mil lebih jauh dari planet-planet yang sudah dikenal. Jika planet ini benar-benar ada, ia bisa mengubah cara kita memahami asal-usul dan perkembangan tata surya.
Para ilmuwan telah membuat berbagai perkiraan mengenai ukuran, jarak, dan bahkan posisi planet hipotetik ini dalam orbitnya mengelilingi matahari. Meski begitu, menemukan Planet Sembilan, atau kadang disebut sebagai Planet X, telah menjadi tantangan besar selama hampir sepuluh tahun terakhir.
Namun, pencarian menemukan planet kesembilan ini mungkin akan segera menemui titik terang. Dengan direncanakannya pembukaan Vera C. Rubin Observatory yang canggih pada tahun 2025, para ilmuwan berharap bisa menemukan planet tersebut dalam beberapa tahun mendatang, atau bahkan bisa saja menutup kemungkinan adanya planet tersebut.
"Sangat sulit untuk menjelaskan tata surya tanpa Planet Sembilan," kata Mike Brown, seorang astronom dari Caltech yang pertama kali mengemukakan hipotesis tentang Planet Sembilan bersama rekannya. "Namun, tidak ada cara untuk memastikan sepenuhnya (keberadaannya) hingga kita benar-benar menemukannya," kata Brown dikutip dari laman livescience.com, Rabu, 18 Desember 2024.
Hipotesis Planet Sembilan
Gagasan tentang keberadaan planet kesembilan di tata surya pertama kali muncul setelah penemuan Uranus pada 1781 dan Neptunus pada 1846, yang terjadi lebih dari 3.000 tahun setelah observasi pertama planet-planet lainnya oleh bangsa Babilonia. Penemuan ini membuka pemahaman bahwa tata surya jauh lebih luas daripada yang sebelumnya diperkirakan, serta menumbuhkan kemungkinan ada dunia-dunia lain yang masih tersembunyi menunggu untuk ditemukan.Namun, meskipun Pluto pernah dianggap sebagai planet, tidak ada penemuan planet penuh lainnya di luar Neptunus atau Sabuk Kuiper yaitu sebuah wilayah di luar Neptunus yang terdiri dari asteroid, komet, dan planet kerdil yang mengorbit matahari. Seiring dengan semakin mendalamnya pemetaan bagian luar tata surya, semakin kecil kemungkinan planet besar terlewatkan.
Segalanya berubah pada 2004, ketika para ilmuwan menemukan bahwa Sedna, yang kemudian dikategorikan sebagai planet kerdil, memiliki orbit yang tidak biasa, mengelilingi matahari dengan pola aneh. Keanehan orbit Sedna menunjukkan adanya massa besar lainnya yang memengaruhi jalur orbitnya. Namun, tanpa data lebih lanjut, hipotesis ini sulit dibuktikan.
Kemudian, pada 2014, para astronom mengungkapkan penemuan objek lain lebih kecil di Sabuk Kuiper, yang dinamakan 2012 VP113. Objek ini memiliki orbit eksentrik yang sangat mirip dengan Sedna. Penemuan ini semakin memperkuat dugaan masih ada banyak objek trans-Neptunian eksentrik (TNO) yang menunggu untuk ditemukan.
Baca juga: Astronom Temukan Asteroid Kecil di antara Mars dan Jupiter Mendekat ke Bumi |
Hal ini menarik perhatian Mike Brown dan rekannya, Konstantin Batygin, astronom dari Caltech. Mereka menyadari Sedna dan 2012 VP113 memiliki pola orbit yang sama. Ketidakteraturan tersebut, yang menyebabkan objek-objek tersebut sementara turun ke bawah bidang orbit planet-planet yang dikenal, mengindikasikan adanya suatu massa besar yang memengaruhi jalur orbit mereka, seperti planet atau bahkan dunia penuh.
"Awalnya, kami tidak menyebutnya sebagai planet karena terdengar sangat tidak masuk akal," kata Brown, yang juga terlibat dalam penemuan Sedna dan penurunan status Pluto menjadi planet kerdil, kepada Live Science. "Namun, kami mencoba berbagai cara untuk menjelaskan apa yang kami lihat, dan tidak ada yang berhasil."
Meski mereka merasa penemuan planet kesembilan masih sangat spekulatif, Brown dan Batygin tetap menahan diri untuk tidak mempublikasikannya. Namun, ketika mereka menemukan empat objek trans-Neptunus lainnya dengan pola orbit yang sama, keberadaan planet kesembilan menjadi penjelasan yang paling masuk akal.
Pada saat itu, mereka menghitung hanya ada kemungkinan 2 persen bahwa keenam TNO yang mereka pelajari memiliki ketidakteraturan orbit yang sama secara kebetulan. "Begitu melihat itu, kami berpikir, 'Astaga, ada planet di sana,'" kata Brown.
Akhirnya, pada 2016, Brown dan Batygin menerbitkan hipotesis tentang Planet Sembilan, yang sejak itu menjadi perhatian publik.
Mengisi kekosongan
Sejak 2016, Mike Brown, Konstantin Batygin, dan rekan-rekannya terus melanjutkan pencarian Planet Sembilan. Meskipun planet tersebut belum ditemukan, mereka telah menemukan lebih banyak objek trans-Neptunus (TNO) dengan orbit eksentrik, yang kini jumlahnya mencapai 13, semakin menguatkan hipotesis mengenai keberadaan Planet Sembilan.Penemuan-penemuan ini juga memberikan gambaran lebih jelas tentang ukuran, jarak, dan lintasan orbit potensial dari planet tersebut. Brown memperkirakan massa Planet Sembilan sekitar tujuh kali massa Bumi atau antara lima hingga sepuluh kali massa Bumi, menjadikannya sebagai planet terbesar kelima di tata surya setelah Jupiter, Saturnus, Neptunus, dan Uranus.
Komposisi planet ini kemungkinan mirip dengan Neptunus, mengingat jaraknya dari matahari. "Dengan ukuran ini, diameter Planet Sembilan kemungkinan dua kali lebih besar daripada Bumi," kata Brown. Beberapa ilmuwan juga berspekulasi planet ini mungkin memiliki satelit, seperti halnya planet gas raksasa lainnya.
Apabila Planet Sembilan benar adanya, diperkirakan ia terletak sekitar 500 satuan astronomi (AU) dari matahari, yaitu 500 kali lebih jauh daripada Bumi. Meskipun ini terdengar sangat jauh, eksoplanet dengan ukuran serupa telah ditemukan mengorbit bintang lain pada jarak yang sama, sehingga hal ini dianggap memungkinkan.
Pada jarak sejauh itu, Planet Sembilan mungkin memerlukan waktu antara 5.000 hingga 10.000 tahun untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi matahari. Orbitnya yang kemungkinan sangat elips membuat jaraknya dari matahari bervariasi secara signifikan. Selain itu, planet ini mungkin tidak mengorbit pada bidang yang sama dengan planet-planet lainnya, menjadikannya lebih sulit ditemukan.
Orbit yang tidak biasa dan jaraknya yang ekstrem juga membuka kemungkinan Planet Sembilan bisa saja merupakan planet liar sebuah dunia antarbintang yang tertangkap oleh matahari setelah terlempar dari sistem bintangnya. Namun, Brown dan Batygin percaya planet ini kemungkinan besar terbentuk bersamaan dengan planet-planet lain dalam tata surya kita.
Apakah Planet Sembilan benar-benar ada?
Banyak astronom dengan hati-hati optimistis mengenai kemungkinan keberadaan Planet Sembilan. Alessandro Morbidelli, seorang astronom di Observatorium Côte d'Azur, Prancis, menyatakan, "Planet Sembilan sangat mungkin ada." Ia menambahkan bahwa ada sejumlah bukti tidak langsung yang mendukung teori ini, dan ia juga pernah meninjau makalah yang ditulis oleh Brown dan Batygin pada tahun 2016 sebelum dipublikasikan.David Rabinowitz, seorang astrofisikawan dari Universitas Yale, sepakat kemungkinan besar ada sesuatu di luar sana, dan bahwa Planet Sembilan adalah penjelasan terbaik yang ditemukan sejauh ini. Penemuan TNO eksentrik tambahan sejak teori Planet Sembilan pertama kali diajukan semakin memperkuat keyakinan pada teori ini.
Namun, tidak semua astronom sepenuhnya yakin bahwa Planet Sembilan benar-benar ada. Sean Raymond, peneliti di Laboratorium Astrofisika Bordeaux, Prancis, mengatakan, "Ini seperti naik roller-coaster! Dulu saya memperkirakan kemungkinan keberadaannya 90 persen, tetapi sekarang turun menjadi 10 persen, dan terus berubah." Meskipun ia berharap planet tersebut ada, ia tetap agnostik dan belum sepenuhnya mempercayai teorinya.
Keraguan terhadap keberadaan Planet Sembilan
Keraguan mengenai keberadaan Planet Sembilan muncul karena adanya penjelasan alternatif untuk perilaku aneh yang diamati pada objek trans-Neptunus (TNO). Misalnya, anomali gravitasi yang diidentifikasi oleh Brown dan Batygin bisa jadi disebabkan oleh faktor lain, seperti lubang hitam mini, cakram debu raksasa yang tidak terlihat, atau kemungkinan pertemuan dekat dengan planet pengembara di masa lalu. Selain itu, beberapa ilmuwan berpendapat kelainan tersebut mungkin menunjukkan model gravitasi kita perlu diperbarui.Samantha Lawler, seorang astronom dari Universitas Regina, Kanada, dan salah satu kritikus utama hipotesis Planet Sembilan, berpendapat kelainan yang terlihat pada TNO mungkin hanya merupakan "bias pengamatan". Menurutnya, lebih mudah mendeteksi TNO yang lebih dekat dengan Bumi dibandingkan dengan yang lebih jauh. "Saya yakin masih banyak objek menarik yang bisa ditemukan di bagian luar tata surya," katanya, namun menegaskan bahwa Planet Sembilan bukan salah satunya.
Meski begitu, Brown dan Batygin menanggapi pandangan ini dengan menegaskan mereka tidak percaya bias pengamatan menciptakan ilusi mengenai adanya planet kesembilan. "Saya sangat yakin (Planet Sembilan ada) hingga planet itu benar-benar ditemukan," kata Brown.
Alasan Planet Sembilan belum ditemukan
Apabila Planet Sembilan memang ada, mengapa kita belum berhasil menemukannya? Jawaban singkatnya karena planet tersebut sangat jauh. Cahaya yang dipantulkan oleh planet ini akan sangat redup saat melintasi sebagian besar tata surya, sehingga hampir mustahil untuk terlihat.Pada awalnya, para peneliti juga tidak mengetahui posisi pasti planet ini sepanjang jalur orbit yang diprediksi. Artinya, mereka harus memeriksa wilayah langit yang sangat luas untuk mencari objek redup ini, yang diibaratkan seperti "mencari paus putih di lautan," menurut Brown.
Sejauh ini, para peneliti telah menganalisis ribuan gambar dari berbagai survei langit sepanjang jalur orbit yang diprediksi untuk Planet Sembilan, mencari objek yang bergerak seiring waktu. Namun, langit malam dipenuhi dengan objek terang yang bergerak, seperti komet, sehingga mereka harus memisahkan "banyak sampah" untuk menemukan planet tersebut.
Dalam analisis terbaru mereka, Brown dan Batygin memeriksa data dari Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System (Pan-STARRS) di Observatorium Haleakala, Hawaii, dan berhasil mengecualikan sekitar 78 persen dari jalur orbit yang diduga sebagai lokasi planet tersebut. Ini mempersempit lokasi kemungkinan keberadaan Planet Sembilan ke bagian paling jauh dari 22 persen jalur orbitnya. Sayangnya, teleskop seperti Pan-STARRS belum cukup kuat memeriksa ruang angkasa ini dengan akurat.
Apabila Planet Sembilan tersembunyi di wilayah paling jauh dari orbitnya, kita membutuhkan teleskop yang lebih kuat untuk menemukannya. Brown dan Batygin telah mulai menganalisis data dari Teleskop Subaru di Hawaii, yang memiliki peluang lebih besar untuk menemukan planet tersebut dibandingkan dengan Pan-STARRS. Namun, jika survei ini tidak berhasil, mereka berencana beralih ke Observatorium Vera C. Rubin yang sedang dibangun di Chili.
Teleskop berbasis darat ini, akan dilengkapi dengan kamera digital terbesar di dunia, memungkinkan para peneliti mengamati lebih jauh ke dalam sistem tata surya ketimbang teleskop sebelumnya, serupa dengan bagaimana Teleskop Luar Angkasa James Webb memungkinkan peneliti melihat lebih jauh ke alam semesta. Observatorium ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2025.
Dengan bantuan teleskop canggih tersebut, Planet Sembilan bisa ditemukan dalam dua tahun ke depan, kata Brown. Namun, dia juga bercanda telah mengatakannya setiap tahun sejak 2016. Raymond dan Rabinowitz sepakat Planet Sembilan bisa ditemukan setahun setelah Observatorium Rubin beroperasi. Namun, jika teleskop tersebut gagal menemukan planet itu dalam beberapa tahun pertama, "maka hipotesis ini hampir pasti akan mati," kata Raymond.
Meski begitu, Morbidelli dan Rabinowitz menyebut meskipun teleskop tidak segera menemukan planet itu, teleskop masih bisa mengidentifikasi lebih banyak objek trans-Neptunus (TNO), yang dapat membantu menguji validitas teori ini.
Ilmuwan masih terbagi mengenai keberadaan Planet Sembilan, semua sepakat bila ditemukan, planet ini akan menjadi penemuan terbesar di tata surya pada abad ini. Menurut Raymond, temuan ini akan sangat "menakjubkan" dan memberikan pemahaman lebih dalam tentang asal-usul serta evolusi tata surya.
Penemuan Planet Sembilan juga dapat memperluas pemahaman mengenai pembentukan dan evolusi planet raksasa, kata Morbidelli. Hal ini tidak hanya akan memberikan wawasan lebih tentang planet-planet di tata surya kita, tetapi juga tentang ribuan eksoplanet besar yang mengorbit bintang-bintang jauh.
Apabila lembaga antariksa seperti NASA mengirimkan probe untuk mendekati planet ini, mereka mungkin akan mengungkapkan lebih banyak informasi tentang sejarah tata surya. Brown mengatakan "Itu akan menyimpan banyak rahasia yang hanya bisa terungkap dengan penelitian mendalam". (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id