Matahari yang keluar dari peraduan disambut dengan bentang alam yang begitu gagah. Tak heran, gunung dengan ketinggian 2.565 mdpl ini adalah lokasi terbaik untuk menyaksikan detik-detik matahari terbit.
Dilansir dari laman Visit Jawa Tengah, secara administratif, Gunung Prau berada di lima kabupaten sekaligus, yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Temanggung. Ada enam basecamp resmi untuk pendakian ke Gunung Prau, yakni basecamp Dieng, Patakbanteng, Kalilembu, Dwarawati, Wates, dan Igirmranak.
Namun, dari sejumlah basecamp tersebut, jalur pendakian via Patak Banteng menjadi paling favorit. Pasalnya, rute pendakian Gunung Prau via Patak Banteng jauh lebih singkat ketimbang jalur lain. Selain itu, jalur Patak Banteng lebih dekat dengan puncak Gunung Prau.
Untuk mendaki Gunung Prau via jalur Patak Banteng, pendaki hanya butuh waktu sekitar 2 hingga 2,5 jam. Jarak yang ditempuh lumayan pendek, sekitar 4 kilometer. Bila lewat jalur lain, bisa lebih dari tiga hingga empat jam karena jalurnya memutar.
Sesuai namanya, basecamp Patak Banteng berada di Jalan Dieng, Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Lokasinya tidak begitu jauh dari gapura Selamat Datang Dieng Plateau.
Apabila datang dari arah Wonosobo, basecamp ada di sisi sebelah kanan setelah gapura. Sebaliknya, bila datang dari arah Banjarnegara, basecamp ada di sebelah kiri sebelum gapura.
Fasilitas di basecamp Patak Banteng terbilang lengkap dan sangat memenuhi kenyamanan pendakian. Mulai dari tempat penginapan, tempat penyewaan peralatan outdoor, warung makan, pusat oleh-oleh, hingga minimarket.
Warga sekitar juga menyediakan fasilitas toilet dan kamar mandi yang dilengkapi dengan fasilitas pemanas air alias water heater. Sebelum mendaki, setiap pengunjung harus mengurus tiket registrasi pendakian.
Baca juga: 7 Puncak Tertinggi di Indonesia, Ini Daftar Gunungnya |
Selain mendapatkan tiket, biasanya pendaki akan mendapat selembar peta sebagai pemandu jalur serta selembar kantung sampah. Di basecamp, pendaki bisa mengecek kembali peralatan dan perlengkapan untuk 'muncak.'
Ada beberapa larangan saat mendaki Gunung Prau. Misalnya membuang sampah sembarangan, masuk tanpa izin, membuat api unggun, tidak membawa sampah turun, hingga menebang pohon. Bila nekat dilanggar, siap-siap saja dikenai sanksi berupa penanaman pohon di puncak.
Selain itu, ada larangan lain yang masih sering dilupakan. Pendaki dilarang membawa tisu basah ke atas gunung. Apabila terlanjur membawa tisu basah, pendaki bisa menitipkannya di base camp untuk kemudian diambil lagi saat sudah turun gunung.
Untuk menikmati sunrise, bangunlah pagi-pagi. Pertunjukan alam ini bisa disaksikan mulai pukul 05.00 WIB.
Pendaki akan disuguhkan hamparan lautan awan di depan mata, di tengah gagahnya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Lalu perlahan, semburat warna kuning yang perlahan jadi warna keemasan muncul dari ufuk timur.
Matahari bersiap terbit. Sementara itu, di kejauhan tampak berjejer Gunung Merapi, Gunung Merbabu, hingga Gunung Lawu. Suasana magis ini yang membuat pendakian Gunung Prau bagaikan candu.
Siapa pun yang pernah ke sana, tak peduli selelah apa pun rasanya mendaki, pasti selalu ingin kembali. Apabila wisatawan mendaki Gunung Prau saat cuacanya sedang cerah-cerahnya, misal bulan Juli hingga September, pasti ingin berlama-lama dan enggan turun.
Sebab, langit terlihat sangat biru. Kontras dengan suasana perbukitan yang hijau hingga mengguning saat musim kemarau.
Dengan segala keindahan ini, yakin tidak ingin sekali seumur hidup mendaki Gunung Prau? Gunung Prau juga ramah bagi pendaki pemula. Namun, tetap persiapkan diri dengan berolahraga jauh hari sebelum pendakian yaa. 7 Puncak Tertinggi di Indonesia, Ini Daftar Gunungnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News