"Tujuan kita adalah recovery dari learning loss pandemi. Dan seperti yang kita lihat pada saat kita menawarkan Kurikulum Darurat dengan memberikan pilihan," ujar Nadiem dalam Peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, Jumat, 11 Februari 2022.
Nadiem menerangkan Kurikulum Merdeka diluncurkan setelah melihat keberhasilan Kurikulum Darurat. Kurikulum itu diluncurkan pada masa awal pandemi untuk menyederhanakan Kurikulum 2013.
Dia menuturka dari analisa, sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013, dari sisi literasi mengalami kehilangan pembelajaran sekitar enam bulan. Sementara itu, untuk numerasi kehilangan sekitar lima bulan.
"Angka ini sangat besar sekali dalam krisis kita selama dua tahun," jelas Nadiem.
Namun, saat ditawarkan Kurikulum Darurat, secara organik ada 31,5 persen sekolah yang mengadopsi kurikulum tersebut. Sekolah ditawarkan model pembelajaran lebih sederhana, fokus, dan beban materi lebih ringan.
"Apa yang terjadi pada 31 persen sekolah ini? kita melihat learning loss-nya lebih sedikit. Sekolah yg menggunakan Kurikulum 13 mengalami learning loss lima bulan, mereka yang mengubah ke Kurikulum Darurat hanya mengalami learning loss satu bulan," jelas Nadiem.
Dia percaya Kurikulum Merdeka yang berasal dari Kurikulum Darurat mampu berdampak positif pada pembelajaran siswa. "Sekarang waktunya kita punya kurikulum yang ringkas, lebih sederhana, dan fleksibel untuk bisa learning loss recovery dan mengejar ketertinggalan kita," tutur Nadiem.
Baca: Kurikulum Prototipe Ganti Nama Jadi Kurikulum Merdeka
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News