Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) juga telah mengeluarkan pernyataan daging buatan aman dikonsumsi. Hal itu setelah melakukan pemeriksaan proses pembuatan dan produknya.
“Era daging buatan ini merupakan era baru dalam dunia peternakan, karena berbagai produk yang akan dihasilkan dari teknologi buatan ini, baik dari segi bentuk fisik, aroma, estetika, dan rasanya hampir sama dengan daging alami yang diproduksi dari ternak,” ujar pakar genetik IPB University, Ronny Rachman Noor, dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 Juni 2023.
Dia mengatakan teknologi daging buatan memberikan alternatif untuk menghasilkan daging lebih ramah lingkungan dan lebih manusiawi. Hal itu mengingat peternakan sapi misalnya, berkontribusi sekitar 40 persen dari deforestasi dunia yang terjadi saat ini.
Di samping itu, Our World Data dan World Health Organization (WHO) mencatat peternakan juga berkontribusi pada gas rumah kaca dunia sebesar 14,5 persen. Ronny mengakui berbagai teknologi peternakan modern saat ini telah berhasil mengurangi laju deforestasi dan emisi gas rumah kaca.
"Namun, upaya ini tentunya perlu dikombinasikan dengan teknologi lainnya seperti misalnya teknologi daging buatan,” ujar Ronny.
Dia menyebut daging buatan juga menjadi alternatif bagi kelompok vegetarian yang tidak puas dengan produk vegetarian yang sudah ada di pasaran.
Ronny memaparkan pembuatan daging buatan dimulai dengan pengambilan sampel jaringan hewan. Sampel tersebut disaring dan ditumbuhkan untuk dijadikan bank sel yang nantinya digunakan pada proses selanjutnya.
Pada lingkungan terkendali, sel-sel ini dimasukkan ke dalam kontainer tertutup untuk dikembang biakkan dengan menambahkan nutrisi dan bahan esensial lainnya untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.
Dalam kondisi dan lingkungan yang terkontrol seperti ini, sel akan berkembang dalam jumlah triliunan. Selanjutnya, dengan teknologi diferensiasi, sel ini akan melakukan diferensiasi yang nantinya akan membentuk sel otot, lemak, dan jaringan ikat.
"Melalui teknologi ini, maka sel akan tumbuh dan melakukan diferensiasi dan membentuk jenis daging yang diinginkan untuk diproduksi dan dipasarkan," jelas dia.
Ronny mengatakan walaupun produk daging buatan ini memiliki rasa yang sama dengan daging tradisional yang dihasilkan dari ternak, tentunya keberhasilan pemasaran daging buatan ini sangat tergantung pada selera dan persepsi konsumen. Dia mencontohkan Amerika Serikat, pada jajak pendapat menunjukkan 50 persen penduduk AS menyatakan tidak akan pernah mencoba daging buatan.
“Di Indonesia yang saat ini mulai mengalami keterbatasan lahan untuk peternakan komersial, teknologi daging buatan ini ke depan juga akan berkembang dan diperkirakan akan mengambil sebagian dari pangsa pasar daging alami. Meski tidak akan menggantikan sepenuhnya daging alami,” ujar Ronny.
Dia menduga persepsi, penerimaan konsumen, dan harga yang lebih mahal akan menjadi kendala utama pemasaran daging buatan di Indonesia. Di samping tentunyam masalah paling krusial adalah kepastian kehalalan semua proses pembuatan daging buatan tersebut.
Ronny menilai sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dunia peternakan, utamanya terkait pencemaran lingkungan, daging buatan tentunya bermanfaat. Namun, dia meyakini hal itu tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya daging alami.
| Baca juga: Wow! Teliti Daging Sintesis, Mahasiswa Unej Bisa Kuliah di Jerman |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id