Meski begitu, dampak buruk pun mengadang dari keberadaan AI. Misalnya, meningkatkan pengangguran. Penggunaan AI yang makin canggih otomatis menggantikan pekerjaan manusia.
Penggunaan AI yang berlebihan dapat membuat manusia menjadi terlalu bergantung pada teknologi. Hal ini dapat membuat manusia kehilangan keterampilan dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara manual.
Selain itu, teknologi AI juga rentan disalahgunakan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Sehingga, penggunaan AI dapat dimanfaatkan untuk tindak kejahatan.
Dampak buruk penggunaan AI yang berlebihan bisa diatasi dengan mengembangkan regulasi yang baik dan tepat untuk penggunaan AI itu sendiri. Regulasi ini harus dapat memastikan jika penggunaan AI tidak merugikan manusia.
Demikian garis besar ide dalam diskusi Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Mengenal dan Mewaspadai Kecanggihan Artificial Inteligence. Diskusi yang dilakukan secara daring pada pekan lalu ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bersama Siberkreasi.
Diskusi diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan memicu pengembangan keterampilan masyarakat agar tidak tergerus dengan teknolog AI.
"Kita jangan hanya langsung memanfaatkan AI ini. Lebih baik kita belajar fundamentalnya, dasar-dasarnya, sejarahnya, seluk beluknya dulu. Kita harus tahu," kata Indonesia Cyber Security Forum, Ardi Suteja, saat menjadi pembicara dalam diskusi itu.
Baca: Bard, AI Generatif dan Bagaimana Memberi Informasi yang Bertanggung Jawab
Karakteristik masyarakat Indonesia yang beragam dalam pemahaman dan kecakapan digital menentukan tingkat risiko dampak buruk perkembangan teknologi, khususnya AI. Itu sebabnya, kata Ardi, kecakapan digital masyarakat Indonesia harus segera ditingkatkan agar pemanfaatan AI cenderung ke dampak positif.
"Seluruh Lembaga yang berafiliasi kepada PBB mencoba memanfaatkan AI demi tujuan yang lebih produktif dan positif. Mungkin ke depan dengan AI kita bisa mendapatkan kenyamanan yang lebih tinggi dan manfaat yang jauh lebih baik," kata Center for Strategic and International Studies, Habib Abiyan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News