Romo Van Lith. DOK Hidup Katolik
Romo Van Lith. DOK Hidup Katolik

Romo Van Lith, Misionaris yang Mengangkat Martabat Orang Jawa Lewat Pendidikan

Renatha Swasty • 14 Mei 2025 15:41
Jakarta: Franciscus Georgius Josephus van Lith atau lebih dikenal sebagai Romo Van Lith, adalah seorang misionaris Katolik asal Belanda yang mencintai manusia dan budaya Jawa dengan sepenuh hati. Ia bukan hanya seorang rohaniwan, tetapi juga pelopor pendidikan yang memilih mengesampingkan kepentingan sempit misinya demi mengangkat harkat martabat orang Jawa yang kala itu tertindas oleh sistem kolonial.
 
Dikutip dari unggahan YouTube Melawan Lupa Metro TV, Romo Van Lith lahir pada 17 Mei 1863 di Oirschot, Brabant, Belanda. Sejak usia 12 tahun, ia sudah menunjukkan keinginan menjadi imam Katolik. Setelah menempuh pendidikan teologi dan ditahbiskan sebagai imam pada 1894, ia dikirim ke Hindia Belanda oleh Serikat Jesuit. Ia mendarat di Pulau Jawa pada Oktober 1896, saat jumlah pemeluk Katolik dari kalangan orang Jawa masih sangat sedikit.
 
Pada mulanya, Romo Van Lith tidak berencana menjadi misionaris di Hindia Belanda. Ia lebih ingin berdakwah di Inggris atau Irlandia. Namun, keputusan atasannya membawa ia ke tanah Jawa, di mana ia menyadari pentingnya mempelajari bahasa dan kebudayaan lokal agar dapat menjangkau hati masyarakat.

Hal ini ditegaskan oleh catatan Pater Julius Keizer dan disampaikan oleh Romo Mudji Sutrisno, bahwa Van Lith sadar: jalan untuk masuk ke hati orang Jawa adalah melalui kebudayaannya.
 
Tahun 1897, setelah setahun belajar budaya Jawa di Semarang, Van Lith pindah ke Bedono, Ambarawa. Di sini ia melihat ketidakberesan dalam praktik katekisasi yang dilakukan bawahannya. Masyarakat dibujuk memeluk Katolik melalui suap, tanpa pendidikan agama yang layak. Ia lalu memberhentikan para katekis tersebut dan merombak pendekatan misinya.
 
Menurut F.X. Murti Hadi Wijayanto, SJ, sutradara film Bethlehem Van Java, Romo Van Lith menyadari baptisan bukanlah tujuan utama. Justru, membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan kebodohan adalah prioritas utama, dan pendidikan menjadi jalannya.
 
Baca juga: Profil dan Pendidikan Paus Leo XIV: Pemimpin Baru Gereja Katolik Dunia

Romo Van Lith tinggal di kampung, berbaur dengan masyarakat, mendengarkan keluh kesah mereka, dan memperjuangkan pendidikan anak-anak Jawa. Ia percaya pewartaan agama harus dimulai dengan perbaikan kesejahteraan. Dalam surat-suratnya, ia mendorong rekan-rekannya agar tidak merasa lebih tinggi dari masyarakat Jawa, bahkan sering dikritik karena pendekatannya yang dianggap terlalu liberal.
 
Menginspirasi dari metode Kiayi Sadrach dalam menyebarkan ajaran Kristen secara kontekstual, Romo Van Lith merintis pendidikan formal di Muntilan. Pada 1902, ia mengusulkan pendirian sekolah berasrama untuk anak-anak Punggawa Desa, yang kelak bisa menjadi pemimpin dan panutan masyarakat. Sekolah ini bernama Kolese Xaverius, cikal bakal SMA Pangudi Luhur Van Lith. Di sekolah ini, siswa diajarkan hidup mandiri, tanggung jawab, dan memiliki karakter unggul.
 
Berbeda dari sekolah kolonial, Van Lith membuka sekolahnya bagi semua kalangan, termasuk non-Katolik. Ia tidak memaksa siswanya memeluk Katolik, bahkan dari 171 murid pertama, sekitar 32 di antaranya adalah non-Katolik. Tujuannya jelas: agar orang Jawa bisa setara dan bermartabat.
 
Meskipun sempat diragukan karena jumlah baptisan yang sedikit, misinya terbukti berhasil ketika pada 14 Desember 1904, Van Lith membaptis 171 orang di Sendang Sono, Kalibawang, dengan bantuan Mbah Barnabas Sarikromo, seorang tokoh lokal yang menjadi muridnya.
 
Warisan Romo Van Lith tidak hanya dalam bentuk sekolah, tetapi juga dalam tokoh-tokoh besar yang lahir dari didikannya, seperti Monsignor Albertus Sugiyopranoto, Uskup Agung pribumi pertama dan pahlawan nasional; I.J. Kasimo, mantan menteri era kemerdekaan; serta Yos Sudarso dan Cornel Simanjuntak yang dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa.
 
Pendidikan Romo Van Lith bukan untuk memenuhi kepentingan birokrasi kolonial, melainkan membentuk generasi bangsa yang merdeka dan bermartabat. Filosofi pendidikannya masih hidup hingga kini di SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan. Sekolah ini tetap mempertahankan nilai-nilai Jawa, sistem asrama, dan pelajaran karawitan sebagai bagian dari kurikulum pembentukan karakter. (Antariska)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan