Mahasiswa ITB harus punya kemampuan data analitis. Tujuannya, agar sang mahasiswa fleksibel dan siap beradaptasi terhadap berbagai perubahan.
Associate Professor bidang Perencanaan Wilayah dan Pedesaan ITB Delik Hudalah mengakui kurikulum yang ada di setiap program studi ITB telah mengalami transformasi. Sebelumnya, tidak ada kuliah wajib programming computer.
"Sekarang di ITB telah mewajibkan semua jurusannya untuk memiliki mata kuliah tersebut. Juga saat ini terdapat mata kuliah pengantar teknologi informasi yang diberlakukan pada semua jurusan yang dulunya tidak ada," jelas Delik di Jakarta.
Terkait pembelajaran, saat ini ITB terus mengembangkan metode-metode yang memanfaatkan teknologi seperti kuliah jarak jauh. ITB juga tengah mengembangkan metode kuliah online seperti penugasan dan ujian, tujuannya agar komunikasi antara dosen dan mahasiswa tidak harus berada di dalam kelas.
"Kurikulum untuk menghadapi era digital sudah cukup lama, dimulai sejak 5-10 tahun. Sifatnya keberlanjutan dan selalu diperbaharui," paparnya.
Menyikapi era digital, ITB juga membuka jurusan-jurusan baru terkait teknologi digital. Seperti smart city yang mempelajari tentang penerapan teknologi digital dalam perencanaan wilayah.
Untuk menciptakan mahasiswa yang fleksibel, metode pembelajaran ITB berbasis project dan inovasi. Mahasiswa ITB ditantang untuk menciptakan suatu hal yang baru dengan teknologi kekinian.
ITB juga memiliki jenis kuliah yang langsung menerjunkan mahasiswa ke lapangan ataupun perusahaan. Hal ini untuk menyiapkan mahasiswa menghadapi tantangan baru agar lebih fleksibel.
"Karena perubahan sudah terjadi di setiap industri dengan digitalisasi cepat sekali. Banyak pekerjaan yang berubah, hilang, dan timbul yang baru. Peluang kerja yang baru ini menuntut mahasiswa untuk punya kreativitas dan inovasi," tutup Delik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
