"Pasang-surut itu menjadi pengalaman berharga ketika dunia dipenuhi tantangan luar biasa akibat perkembangan teknologi yang berjalan luar biasa cepat dan seolah tak berujung yang dikhawatirkan mengancam kreativitas manusia," ujar Rektor Institut Kesenian Jakarta, Indah Tjahjawulan dalam siaran persnya, Kamis, 27 Juni 2024.
Dalam pelayanannya sebagai sekolah tinggi seni di metropolitan Jakarta, IKJ juga menghadapi berbagai tantangan berat. Salah satunya ketika dunia memasuki era kecerdasan buatan yang mau tak mau harus dihadapi demi keberlanjutan pendidikan seni yang sudah dirintis selama lebih dari lima dasawarsa.
Menurut Indah, perkembangan teknologi yang teramat cepat dan nyata di depan mata serta munculnya berbagai wacana baru dalam masyarakat yang harus direspons dengan baik dan tepat ini menghadapkan institut seni ini kepada wilayah-wilayah eksplorasi baru. "Dengan berkembangnya teknologi yang seolah tak terbendung, isu kreativitas menjadi teramat penting untuk sungguh-sungguh dipikirkan," ungkap Indah.

Rektor Institut Kesenian Jakarta, Indah Tjahjawulan. Foto: IKJ
"Wilayah kreativitas" terkait kecerdasan buatan, misalnya, akan menghadapi masalah terkait hal-hal seperti hak atas kekayaan intelektual, wilayah ketenagakerjaan, dan perdebatan nilai seni. Menghadapi masalah-masalah baru seperti ini, IKJ siap bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk bersama-sama membuat kajian mendalam sebagai persiapan menghadapi era baru yang penuh tantangan.
Kendati penuh tantangan, IKJ tidak akan terus maju karena memiliki kreativitas yang tak berbatas, kreativitas yang akan terus hidup dalam diri manusia.
Soal kreativitas, Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan, Bambang Sugiharto dalam pidato seninya saat Dies Natalis IKJ mengingatkan dan menyadarkan, kreativitas adalah energi abadi. Kreativitas adalah virus, yang terus menerus berkembang, bermutasi, dan tak pernah mati.
Meyakini kreativitas itu abadi, dalam momentum hari lahirnya kali ini, IKJ berkeyakinan untuk mengembangkan sudut pandang yang terus bertumbuh dan kreativitas tak berbatas supaya dapat bertahan terhadap ancaman yang datang dari perkembangan teknologi. Kreativitas yang semakin demokratis karena setiap orang bebas berkreasi dengan gawainya memiliki sisi lain yang mengkhawatirkan.
Di sisi lain, Bambang juga mengingatkan, kreativitas dapat pula menjadi sekadar banalitas, keisengan membuat sensasi dengan memainkan sensualitas. Bersama dengan perkembangan teknologi, kreativitas bahkan bisa juga menjadi sekedar penguasaan kata kunci: mainkan saja kata kunci atau prompting yang tepat, maka mesin AI (Artificial Intelligence) akan mencipta dengan cepat, bagai tukang sihir yang hebat.
"Teknologi dan wacana baru menuntut pendidikan seni masuk ke wilayah-wilayah eksplorasi seni baru yang tentu saja melibatkan 'wilayah kreativitas' yang juga baru yang membawa dimensi permasalahan baru," tutupnya.
Baca juga: Mendobrak Batas Anak Tukang Ukir: Ulfatun Nikmah, Lulusan SMK Raih Gelar Magister FEB UGM |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News