Nino, sapaan karib Anindito Aditomo, mengungkap gagalnya reformasi pendidikan Indonesia di masa lalu. Utamanya, kegagalan dalam meningkatkan kualitas belajar murid.
"Alasan utamanya adalah karena reformasi tersebut hanya mengubah satu elemen dalam sistem pendidikan tanpa melihat keterkaitannya dengan elemen-elemen lain," kata Nino melalui Instagramnya @ninoaditomo dikutip Selasa, 19 Maret 2024.
Nino mencontohkan sistem yang tak melihat elemen lain adalah kebijakan muatan lokal. Dia menyebut kebijakan muatan lokal hanya mengutak-atik kurikulum tanpa berupaya menyelaraskan kebijakan asesmen maupun pendidikan guru.
"Sebaliknya, sertifikasi guru dilakukan tanpa menyelaraskan penilaian kinerja maupun kebijakan kurikulumnya," sebut dia.
Belajar dari hal itu, hadirlah Merdeka Belajar. Nino menyebut Merdeka Belajar dirancang sebagai transformasi sistemik.
"Yang diubah bukan hanya kurikulum, tapi juga sistem asesmen, akreditasi, pelatihan guru, sampai rekrutmen kepala sekolah dan pengawas," papar Nino.
Tujuannya, kata dia, agar seluruh elemen penting dalam sistem pendidikan bersinergi. Pada akhirnya, berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
"Tentu, kualitas implementasi perlu terus ditingkatkan dan didukung semua pihak. Tapi insyaallah kita sedang menuju arah yang benar," ujar Nino.
| Baca juga: Merdeka Belajar Persiapkan Pelajar Berdaya Saing Global |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News