Anugerah diserahkan langsung oleh Rektor UGM Ova Emilia dan Ketua Dewan Guru Besar UGM Mochammad Maksum. Perry mengaku belum pantas menerima penghargaan prestisius tersebut.
Sebab, penerima penghargaan ini dianggap meneladani karakter dan keteladanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang telah berjasa dalam mempertahankan bangsa Indonesia di tengah agresi militer Belanda hingga akhirnya ibu kota dipindah ke Yogyakarta. Selain itu, Sri Sultan HB IX pula yang menginisiasi pendirian kampus UGM dengan menyatukan berbagai sekolah pendidikan tinggi di sekitar DIY.
“Saya merasa belum pantas. Saya anak desa, anak petani dinasehati hidup itu harus amanah. Saya belum apa-apa dibandingkan dengan sinuhun,” kata Perry saat orasi penerima Anugerah HB IX di Keraton Yogyakarta di hadapan Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Rektor UGM dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 20 Oktober 2022.
Alumnus Fakultas Ekonomi UGM 1982 ini menyebut penghargaan yang diberikan tidak lepas dari sepak terjang dalam memimpin Bank Indonesia. ”Apa yang dilakukan Bank Indonesia agar kita lepas dari krisis merupakan kerja dari segenap pimpinan BI yang sudah memiliki pengalaman mengatasi krisis termasuk krisis multidimensi pandemi covid-19,” ujar dia.
Perry mengatakan dalam memimpin Bank Indonesia, dia banyak belajar dari keteladanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yaitu seorang pemimpin harus memiliki sikap konsisten, inovatif, bersinergi. Konsistensi ditunjukkan dengan melaksanakan amanah secara konsisten.
“Seorang pemimpin itu harus melaksanakan amanah secara konsisten. Jangan tergiur politik dan kita bersyukur dengan apa yang diwariskan HB IX, mendidik kita jadi pemimpin yang konsisten dengan pemahaman akademik yang kita miliki dan betul menetapkan kaidah ilmu dalam melaksanakan amanah. Semakin ke atas, hembusan angin politik semakin kencang. Jika tidak menggunakan kaidah akademik yang dididik di UGM maka kita bisa goyah,” tutur dia.
Perry menyebut pemimpin juga harus banyak melakukan inovasi dalam memutuskan sebuah keputusan atau kebijakan. Dia menyebut menjadi pemimpin berbeda dengan pemahaman dalam teori akademik.
Sebab, di lapangan masalah yang dihadapi bersifat kompleks. Sehingga, asumsi dalam sisi akademik belum tentu sama dengan fakta di lapangan.
“Perlu inovasi dan terobosan dalam mengatasi masalah, namun tetap konsisten pada akademik dengan memperkuat terobosan ilmu dan cara baru,” papar dia.
Perry menyebut seorang pemimpin juga harus memilki sinergi dan kolaborasi karena dalam memutuskan suatu kebijakan tidak bisa asal semaunya, namun perlu bersinergi. Bahkan, di Bank Indonesia hal itu perlu dilakukan dalam merumuskan setiap kebijakan fiskal dan moneter.
Dia bercerita pengalamannya mengatasi ancaman krisis dan resesi ekonomi pada awal pandemi covid-19. Meski BI sudah berpengalaman mengatasi krisis ekonomi pada 1997 dan 1998 dan krisis ekonomi pada 2008, namun krisis yang disebabkan pandemi covid-19 paling parah.
Sebab, hampir seluruh negara mengalami krisis karena ada pembatasan aktivitas kegiatan ekonomi. Dia menjelaskan ancaman krisis dimulai di awal pandemi.
Investor global panik akibatnya dalam dua minggu sekitar USD11 miliar atau Rp175 triliun keluar dari Indonesia. Lalu, nilai kurs rupiah hampir tembus Rp17 ribu bahkan bisa Rp20 ribu.
"Lima bank akan tutup. Rumah sakit penuh. Sudah cari oksigen. Mau beli vaksin tidak punya duit. Harga vaksin waktu itu 40 dollar per ampul,” beber dia.
Perry menyebut setelah bersinergi dengan pemerintah melalui Kementerian Keuangan, BI mengeluarkan kebijakan menurunkan suku bunga acuan terendah 3,5 persen. Selanjutnya, untuk mengendalikan nilai rupiah, BI mengucurkan dana hingga Rp200-300 triliun untuk menstabilkan nilai tukar rupiah serta menambah likuiditas hingga Rp805,5 triliun agar perbankan tetap berjalan.
Namun, kebijakan yang dibuat BI harus berlandaskan dengan pijakan hukum yang kuat. Oleh karena itu, pihaknya bersinergi bersama pemerintah dengan mengeluarkan UU tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019.
“Harus ada landasan hukum yang jelas. Lalu, ada keputusan bersama antara BI dan Kemenkeu yang memungkinkan BI membiayai Rp1.144 triliun selama tiga tahun,” kata dia.
Perry mengaku memetik pelajaran penting menghadapi ancaman krisis ekonomi multidimensi selama pandemi ini, bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Di setiap kegelapan ada jalan terang dan di setiap masalah selalu ada berkah.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan suatu kehormatan bagi keluarga besar Keraton Yogyakarta dalam penyerahan Anugerah HB IX. Ini sudah menjadi tradisi rangkaian kegiatan Dies Natalis UGM setiap tahun.
“Menjadi kehormatan sekaligus menjadi motivator untuk meningkatkan pengabdian dan prestasi dari penerima anugerah ini,” katan dia.
Soal pemakaian nama HB IX dalam penganugerahan ini, kata Sri Sultan, sudah mendapat persetujuan dari keluarga keraton Yogyakarta. Ia bercerita Ayahnya pernah berpesan bila ia sudah meninggal dunia, tidak ingin namanya disematkan pada nama jalan, patung ataupun nama gedung.
"Swargi sebelum beliau mangkat, berpesan jangan sampai nama beliau dijadikan patung, nama jalan, nama gedung ataupun yang lain. Selama ini, hanya dua momen yang saya setujui, dipasang gambarnya pada uang Rp10.000 saat perayaan hari BI. Lalu, Anugerah HB IX dan yang lain tidak pernah kami setujui,” beber dia.
Sri Sultan HB X memandang Perry sebagai sosok tepat untuk menerima penghargaan itu. Dia menilai Perry banyak melakukan terobosan di bidang kebijakan moneter nasional dan global.
“Dipandang tepat sidang DGB dengan menetapkan Bapak Perry Warjiyo. Sebagai nakhoda dalam penanggulangan ekonomi kita di saat pandemi sehingga ekonomi tidak terperosok terlalu dalam dan negara kita tangguh menghadapi krisis ini,” ujar dia.
Sementara itu, Rektor UGM Ova Emilia mengatakan Perry Warjiyo merupakan sosok tekun dalam kiprahnya saat menjalankan kebijakan perekonomian nasional. Dia mengucapkan selamat kepada Perry atas penghargaan itu.
"Semoga anugerah ini memberikan motivasi bagi pembangunan bangsa dan bisa meneladani karakter dan teladan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX,” ujar Ova.
Baca juga: Ratusan Dosen UGM Pulang Studi Diminta Produktif saat Back to Campus |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News