Guru Besar Termuda dalam sejarah Fakultas Teknik UI itu membagi lima strategi tersebut berdasarkan lima klaster yang telah diamati selama menjadi Dekan FT UI sejak 2022. Kelima pendekatan masalah yang dianalisis oleh Heri, yaitu:
- Belum mandirinya pendanaan UI dan masih bergantungnya UI pada pendapatan dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa
- Belum modernnya akses dan kualitas pendidikan, termasuk belum terbentuknya budaya inovasi dan entrepreneur
- Belum berdampak dan berkelanjutannya riset inovasi dan pengabdian masyarakat
- Belum optimalnya kiprah UI dalam persaingan global perguruan tinggi negeri
- Belum optimalnya tata kelola UI. Seperti halnya institusi lain, UI juga harus bergelut dengan pusaran arus problem VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity) yang mendera dunia saat ini
- Menempatkan inisiatif kewirausahaan sebagai payung strategi yang mampu memberdayakan
- Peningkatan akses dan kualitas pendidikan
- Riset dan inovasi yang berdampak
- Peningkatan daya kompetitif global
- Transformasi budaya dan tata kelola
"Kami berkomitmen untuk menyiapkan mahasiswa UI dalam menghadapi tantangan global dan memiliki keterampilan, yang diperlukan untuk sukses dalam lingkungan yang berubah dengan cepat," ujar Heri yang memperoleh gelar Guru Besar saat berusia 37 tahun pada 2013 dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 20 September 2024.
Heri mengatakan UI perlu terus mengembangkan budaya akademik yang menghargai transparansi, akuntabilitas, dan kualitas unggul. "UI harus terus menjadi mercusuar ilmu pengetahuan, seni, dan budaya yang berdampak positif serta menjadi akselerator kemajuan peradaban masyarakat Indonesia dan dunia," ujar dia.
Baca juga: Ini 3 Calon Rektor UI 2024-2029 yang Maju Tahap Debat Publik, Cek Jadwalnya |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News