Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti. Foto: Medcom/Intan Yunelia.
Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti. Foto: Medcom/Intan Yunelia.

3 Siswa SDN 051 Tarakan 3 Kali Tak Naik Kelas, Diduga karena Kepercayaan yang Dianut

Ilham Pratama Putra • 23 November 2021 11:41
Jakarta: Tiga kakak beradik yang bersekolah di SD Negeri 051 Tarakan, Kalimantan Utara, tidak naik kelas selama tiga tahun berturut-turut. Mereka diduga tinggal kelas karena sekolah mempersoalkan keyakinan mereka yang menganut kepercayaan Saksi Yehuwa.
 
Ketiga kakak beradik tersebut berinisial M kelas 5 SD (14 tahun), Y kelas 4 SD (13  tahun), YT kelas 2 SD (11 tahun). Mereka tidak naik kelas pada tahun ajaran 2018/2019; 2019/2020; dan tahun ajaran 2020/2021. Orang tua ketiganya mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
 
"Orang tua korban membuat pengaduan ke KPAI dan atas pengaduan tersebut, KPAI segera melakukan koordinasi dengan Itjen Kemendikbudristek untuk pemantauan bersama ke Tarakan," ungkap KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam keterangannya, Selasa, 23 November 2021.

Retno mengatakan, alasan ketiga anak itu tidak naik kelas berbeda-beda setiap tahunnya. Mulai dari sekolah menolak memberikan pelajaran agama pada ketiga anak tersebut, sampai anak diminta menyanyikan lagu rohani yang tidak sesuai dengan keyakinannya. 
 
Atas keputusan sekolah, orang tua anak korban menempuh jalur hukum. Retno menyebut, mereka selalu menang di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
 
Baca: Hari Guru Nasional 25 November, Begini Sejarah Lagu Hymne Guru Karya Sartono
 
"Namun pihak sekolah selalu punya cara setiap tahun untuk tidak menaikan ketiga anak tersebut.  Keputusan ke jalur hukum  ditempuh orang tua korban lantaran jalur dialog dan mediasi menemui jalur buntu," sebutnya.
 
Secara psikologi, menurut Retno, anak sudah sangat terpukul, mulai kehilangan semangat belajar, dan merasa malu dengan teman-teman sebaya karena sudah tertinggal kelas selama tiga tahun berturut-turut. Terlebih, kata dia, kasus itu bukan akibat ketiganya tidak pandai akademik, namun lantaran perlakuan diskriminasi atas keyakinan yang mereka anut. 
 
"Padahal anak hanya mengikuti keyakinan orang tuanya. Ketiga anak sudah menyatakan dalam Zoom meeting dengan KPAI dan Itjen Kemendikbudristek, bahwa mereka tidak mau melanjutkan sekolah jika mereka tidak naik kelas lagi untuk keempat kalinya," ungkap 
 
Retno diketahui menjadi penanggungjawab tim pemantauan kasus intoleransi di Tarakan atas penugasan Itjen Kemendikbudristek.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan