Pengamat pendidikan, Doni Koesoema, menilai perubahan kurang tepat. Dia menilai kekurangan Kurikulum 2013 ialah masalah sosialisasi dan pelatihan penerapan kurikulum.
"Dalam proses pelaksanaan Kurikulum 2013 ada masalah sosialisasi. Sehingga, sosialisasi dan pelatihan yang harus diintensifkan bukan perubahan kurikulum," kata Doni dalam siaran YouTube bertajuk Pendidikan Karakter Utuh dikutip Kamis, 21 April 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia merasa ada gagal paham dari landasan perubahan Kurikulum 2013. Doni menuturkan awalnya, Kurikulum 2013 dievaluasi akibat pandemi covid-19.
Dia mengungkapkan dari hasil kajian Kemendikbudristek, Kurikulum 2013 terlalu luas, materi terlalu banyak, muatan berat, buku teks banyak, dan administrasi berat. Akhirnya, Kemendikbudristek mengeluarkan Kurikulum Darurat.
"Sedangkan Kurikulum Darurat dari hasil kajian Kemendikbudristek itu hasilnya lebih baik karena dapat mengurangi learning loss. Kenapa saat Kurikulum Darurat itu baik, kenapa bukan Kurikulum Darurat yang dilanjutkan?" tanya Doni.
Doni heran saat Kurikulum 2013 bermasalah lantaran banyak isi, muatan materi, dan beban administrasi, Kemendikbudristek justru menawarkan alternatif kurikulum. Dia menilai seharusnya pemerintah menata isi kurikulum terkait penyederhanaan materi hingga administrasi.
"Ini menjadi pemikiran, karena bagi kami penawaran Kurikulum Merdeka kurang tepat di dalam situasi sekarang karena tidak menjawab pertanyaanya," tutur Doni.
Baca: Kurikulum Merdeka Dapat Bantu Siswa Mengenali Potensi Uniknya Sejak Dini