Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi
Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi

Rektor UNJ Menilai Tak Perlu Ada Kurikulum Darurat

Muhammad Syahrul Ramadhan • 01 Mei 2020 21:32
Jakarta: Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Komaruddin menilai saat ini belum diperlukan adanya kurikulum darurat.  Menurutnya sekolah cukup menyusun ulang atau mengembangkan standar pendidikan, sesuai dengan kondisi yang ada.
 
Komaruddin mengatakan, hal itu seperti yang ada di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).  Sekolah bisa menyusun sendiri kurikulumnya, mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
 
“Kalau itu digerakkan, saya kira bisa dilakukan, jadi tidak perlu membuat kurikulum darurat yang baru.  Karena kita sendiri tidak tahu kurikulum darurat itu seperti apa,” kata Komaruddin kepada Medcom.id, Jakarta, Jumat, 1 Mei 2020.

Lebih lanjut ia menjelaskan, apabila kurikulum darurat nanti isinya tujuan belajar, isi, metode pembelajaran, dan penilaian maka sebenarnya sekarang sudah ada. Sehingga tidak perlu kurikulum darurat, tinggal bagaimana sekolah mengemasnya dan disesuaikan dengan kondisi kedaruratan seperti pandemi covid-19 ini.
 
“Kalau misal sekolah bagus bisa full seluruh standar itu dilaksanakan, cuma model pembelajaran daring,” jelasnya.
 
Baca juga: Kemendikbud Siapkan 'Kurikulum Darurat Covid-19'
 
Sementara untuk sekolah yang kesulitan akses untuk pembelajaran bisa menyesuaikan. Bahkan menurutnya siswa tetap dapat belajar bersama-sama gurunya, dengan mengikuti protokol kesehatan.
 
“Model pembelajaran yang disesuaikan, bukan kurikulum konteks keseluruhan, karena itu kan sudah jelas. Mengemas pembelajaran sekarang di rumah, kan ada daerah yang gurunya keliling ke kampung-kampung karena tidak ada fasilitas, boleh juga misalnya ngumpulin dengan jarak tertentu boleh saja,” terangnya.
 
Ia pun mengungkapkan, yang menjadi masalah adalah pengkondisian bagaimana murid itu belajar, baik daring, maupun luring di tengah kondisi darurat ini. Dengan tetap mengacu pada standar yang ada.
 
“Problemnya bukan di kurikulum, tetapi pengkondisian situasi belajar suasana belajar dan model apa yang pas bukan konteks keseluruhan. Jadi kalau kurikulum keseluruhan sudah tidak perlu, cukup dari standar itu,” ungkapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan