"Dunia pendidikan kita sudah jungkir balik. Itu jelas tindakan terlarang kok malah diwajarkan," kata Ubaid kepada Medcom.id, Rabu, 31 Juli 2024.
Sebelumnya, warganet di media sosial X (dulu Twitter) tengah ramai membahas soal joki untuk tugas kuliah hingga skripsi yang kian menjamur. Belakangan, diketahui ada jasa khusus yang bahkan sampai berbentuk perusahaan untuk menyediakan jasa joki.
Pembahasan ini bermula melalui akun X @abigailimuriaa. Pengguna dengan nama Abigail mengungkapkan keresahaanya terkait pengguna dan penyedia jasa joki skripsi yang kian marak dan membuka praktik secara terang-terangan.
"Ini banyak banget yang pakai, tapi dinormalisasi sampai orang tuh enggak tahu kenapa joki itu salah," cuit Abigail dikutip Jumat, 26 Juli 2024.
Menurut Ubaid, fenomena ini muncul karena kian banyak masyarakat yang menempuh pendidikan hanya untuk mendapat gelar akademis. "Ya karena orang kuliah hanya ingin mendapat gelar dan sertifikat, bukan untuk belajar," kata Ubaid menyesalkan.
Menjadi bagian paling jenaka, kata Ubai, fenomena ini terjadi di hampir seluruh jenjang pendidikan. Mulai dari sekolah dasar sampai guru besar. "Ini bagian dari lucunya pendidikan di negeri ini, banyak yang kejar gelar dan sertifikat. Ini terjadi di level SD sampe Guru Besar," kata Ubaid.
Hal ini terlihat jelas, sebab beberapa waktu belakangan ini dunia pendidikan tinggi juga dihebohkan dengan maraknya isu guru besar abal-abal. "Kemarin belum kelar kasus guru besar jadi-jadian, kini ramai joki skripsi. Joki profesor saja banyak, apalagi joki skripsi," sesal Ubaid.
Kondisi inilah, kata Ubaid yang menyebabkan kualitas pendiidkan di Indonesia sulit maju, "Yang katak gini-gini kalau kita ingin pendidikan berkualitas ya harus diberangus, bukan malah diwajarkan dan dilestarikan," tegasnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pun, kata Ubaid, harus bersikap tegas dalam memberantas perjokian di dunia pendidikan ini. "Mendikbid harus bersikap tegas dalam memberantasan perjokian ini, juga memberikan sanksi bagi yang terlibat dan investigasi mendalam untuk membabat semua pohak yang terlibat, karena mereka enggak mungkin sendirian," ujar Ubaid.
Masih dalam utas yang diunggah Abigail, fenomena ini membuat pesimis kemajuan sumber daya manusia (SDM). Pasalnya, apalah artinya fasilitas pendidikan baik, kesejahteraan guru terpenuhi, tapi peserta didiknya melakukan kecurangan menggunakan joki saat belajar dan mengerjakan tugas.
Menurut dia, pemberi jasa joki maupun pengguna jasa joki melakukan pelanggaran. Namun, ia lebih menekankan agar pengguna jasa joki lebih sadar sebagai pelanggeng kecurangan.
Baca juga: Joki Skripsi Penyakit Lama, Bukan Karena Budaya Akademik yang Luntur
|
Baca juga: Joki Skripsi Dinormalisasi Sampai Ada Startup Penyedia Jasanya
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News