Dosen Fakultas Teknik UGM, Bakti Setiawan. DOK UGM
Dosen Fakultas Teknik UGM, Bakti Setiawan. DOK UGM

Hindari Sampah Visual Tiap Pemilu, Pakar UGM Sebut Pemasangan Iklan Mesti Dievaluasi

Renatha Swasty • 19 Januari 2024 18:12
Jakarta: Sampah visual berupa baliho, spanduk, poster calon presiden, maupun legislatif marak ditemui setiap pemilihah umum (pemilu). Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Bakti Setiawan, menyebut hal ini mestinya tidak dinormalisasi.
 
“Saya kira isu sampah visual itu bukan barang baru dan tidak hanya terjadi di tahun politik. Jadi, itu isu lama yang belum terpecahkan termasuk, khususnya di Kota Yogyakarta ini termasuk contoh yang paling tidak bagus mengenai sampah visual," kata Bakti dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 19 Januari 2024.
 
Bakti menilai wajar di tahun politik memasang baliho. Sebab, bagian dari pesta demokrasi.
"Sampai kapan pun kita akan terus belajar dan berdemokrasi,” ujar Bakti.

Namun, publik dan partai politik mulai mempertanyakan efektivitas pemasangan baliho dan poster di jalanan. Langkah ini cukup mengindikasikan demokrasi tetap mengalami evaluasi dan transisi cara yang lebih ramah lingkungan.
 
Dia menekankan masalah sampah visual setiap pelaksanaan pemilu harusnya sudah mendapat perhatian lebih dari setiap kepala daerah. Pemasangan baliho dan spanduk yang tidak teratur, poster yang berserakan di jalanan, hingga bendera parpol yang entah kapan akan dilepas menambah pelik permasalahan sampah di Yogyakarta.
 
Keberadaan sampah visual tersebut seringkali justru mengganggu keindahan sebuah kota dan masyarakatlah yang seharusnya menyadari akan ketidaknyamanan tersebut. Bakti menyebut evaluasi seputar tata perkotaan perlu dikaji lebih mendalam.
 
Bukan hanya tentang letak bangunan yang bersifat permanen, namun juga letak iklan-iklan yang strategis. Hal itu agar tidak mengganggu fungsi sarana dan visual perkotaan.
 
“Seharusnya memang diperlukan evaluasi untuk mendapatkan standar dari keindahan kota. Kalau kita menilai keindahan itu kan seringkali subjektif. Selama ini juga evaluasi itu dilakukan sendiri oleh seniman atau pembuat advertising tersebut, padahal akhirnya kan yang mengevaluasi juga masyarakat,” ujar Bakti.
 
Iklan visual memiliki unsur seni dan pesan yang penting untuk disampaikan pada audiens. Seni dalam atribut kampanye di sepanjang kota sebenarnya menarik untuk ditelisik lebih dalam.
 
Partai politik dengan ideologi, visi misi, dan tujuannya, bisa dikemas dalam seni visual yang lebih apik dan enak dipandang. Masyarakat nantinya tidak hanya tertarik untuk melihat atribut kampanye parpol, namun juga membentuk image dan branding untuk partai politik itu sendiri.
 
Bakti menegaskan setiap individu memiliki hak atas keindahan dan kenyamanan kotanya. Yogyakarta dikenal dengan orisinalitas warisan budaya dan panorama kotanya yang menarik banyak wisatawan.
 
Kelebihan ini tentunya perlu diapresiasi dan dijaga agar tetap asri dan nyaman dikunjungi. Keberadaan sampah visual memang bukan hal baru, namun jangan sampai hal ini justru dinormalisasikan.
 
“Setiap orang memiliki hak atas kota yang lebih cantik, termasuk dari sisi sampah visual. Jadi karena ini juga mulai diperhatikan, saya kira gerakan ini perlu diteruskan untuk menjaga kota kita,” tutur Bakti.
 
Baca juga: Terlarang, KPU DKI Imbau Tak Pasang APK di Pepohonan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan