Keduanya tak boleh saling mengabaikan dan harus tumbuh bersamaan dalam diri generasi muda era ini. Sebab masa depan bangsa, berada persis di pundak anak-anak muda Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy saat berbincang dengan Medcom.id. Bagaimana Muhadjir sebagai individu juga pendidikan secara umum memaknai dan mengisi hari kemerdekaan RI ke-74.
Apa saja keresahan-keresahan Muhadjir Effendy, jika generasi muda tumbuh tanpa nasionalisme? Simak wawancara khusus edisi Hari Kemerdekaan dengan Muhadjir Effendy berikut ini:
T: Hari ini kita memperingati hari Kemerdekaan RI. Sudah merdeka 74 tahun. Bagaimana di mata Anda, apakah pendidikan kita sudah "merdeka" juga?
J: Sudahlah, sudah 74 tahun yang lalu. Kita tinggal mengisi, ini tanggung jawab kita semua.
T: Sejak zaman perjuangan peran anak muda sangat besar dalam merebut kemerdekaan. Bagaimana harapan Anda pada anak muda di era ini dalam mengisi kemerdekaan tersebut?
J: Anak muda ini menurut saya, yang harus diberi perhatian adalah memperkuat nasionalismenya dulu. Karena tidak ada artinya anak-anak ini nanti, meski memiliki kemampaan baik secara keilmuan, keterampilan maupun bidang lainnya tapi tanpa didasari semangat nasionalisme.
T: Apa yang Anda resahkan, jika anak muda berkualitas secara keilmuan tapi nasionalismenya tidak?
J: Mereka nanti tidak akan memiliki empati terhadap masalah-masalah kebangsaan. Bahkan mungkin mereka akan menjadi sangat selfish dan kehilangan semangat nasionalisme.
T: Modal apa saja yang saat ini sudah kita miliki untuk mengisi kemerdekaan?
J: Pertama, Sumber Daya Manusia (SDM) kita lumayan bagus. Tinggal meningkatkan saja. Sumber Daya Alam (SDA) kita juga sudah sangat bagus.
Sumber budaya kita jadi culture resources, juga sangat kuat. Sebetulnya itu sudah cukup tinggal bagaimana mengolahnya, dari potensi menjadi energi untuk segera mempercepat Indonesia yang sekarang ini. Secara modal itu termasuk negara besar dan untuk modal ini bisa dijadikan energi untuk menuju negara maju.
T: Di bidang pendidikan, menurut Anda target jangka pendek dan panjang apa saja yang harus dicapai oleh Indonesia?
J: Contoh jangka pendek seperti yang sudah disampaikan Presiden Joko Widodo yaitu infrastruktur dulu dibenahi. Karena prasyarat pembangunan. Ibarat sholat itu wudhunya.
Infrastruktur itu pada hakikatnya belum pembangunan sesungguhnya, tapi baru prasyarat. Pembangunan sebenarnya adalah SDM yang sekarang Pak Presiden sudah membuat ancang-ancang untuk membuat langkah-langkah besar dalam lima tahun ke depan. Kalau jangka panjangnya ya cita-cita yang tertuang di dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 itu.
T: Bicara tentang pembangunan SDM, pasti tidak bisa lepas dari peran guru. Lalu di mana posisi guru di era pembangunan SDM lima tahun ke depan ini?
J: Makanya guru itu prioritas. Kalau ditanya apa prioritas dari pembangunan SDM yang dikaitkan dengan sekolah atau Lembaga Pendidikan, yaitu guru.
Baca: Atur Ulang Presisi dan Kalibrasi Kualitas Guru
T: Jelang 17 Agustus ini, Kementerian Anda baru saja menggelar Penghargaan Guru Berprestasi dan Berdedikasi. Itu salah satu cara mengapresiasi guru?
J: Bentuk apresiasi negara terhadap dedikasi para guru, yang kita anggap telah menghabiskan seluruh perhatian dan tenaganya sebagai seorang guru. Karena guru itu pekerjaan yang mengandung makna altruis (orang yang mengutamakan kepentingan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri).
Bahkan saya selalu katakan bahwa guru itu satu-satunya profesi. Kemudian guru ini juga pekerjaan altruis, karena guru yang menentukan masa depan bangsa ini. Guru berkorban mendidik membesarkan anak orang lain yang anaknya sendiri belum tentu sebesar anak yang dia didik itu.
Buktinya ada guru yang bisa menjadikan anak orang lain jadi gubernur, menteri, presiden dan lain-lain. Tapi anaknya sendiru belum tentu jadi gubernur dan presiden.
Itu berarti suatu pengorbanan yang luar biasa. Karena itu, jasa guru harus dihargai dan itu ada walaupun nilainya enggak seberapa. Tapi tetap kita selalu berikan tiap tahun kepada guru berprestasi itu.
T: Terakhir, di usia 74 tahun kemerdekaan, secara spesifik apa maknanya bagi pendidikan Indonesia?
J: Kita ini kan mendapat hadiah baik dari Tuhan dan pendiri bangsa, yaitu sebuah negara besar. Negara besar yang secara potensi sangat kaya, tinggal bagaimana kita yang diwarisi ini bisa mengkapitalisasikan agar indonesia bisa jadi negara yang tidak hanya besar dalam arti kuantitas jumlah penduduk, wilayah dan kekayaan flora fauna serta budaya, tetapi juga maju jadi negara yang secara martabat bisa sejajar dengan negara yang maju.
Itu menjadi tanggung jawab kita dan itulah makna kemerdekaan. Maka kita enggak boleh berhenti dan menyerah untuk terus membawa indonesia ini semakin maju.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News