"Anggaran penelitian di Indonesia itu masih sangat rendah, 0,08 persen dari GDP jadi sangat-sangat rendah," ujar Nizam dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Februari 2022.
Anggaran penelitian di Indonesia juga jauh di bawah negara Asia Tenggara lainnya. Kamboja berada di angka 0,12 persen dari GDP, Filipina 0,14 persen, Vietnam 0,44 persen, dan Thailand 0,62 persen.
"Bahkan Malayasia itu sudah 1,30 persen dan Singapura 2,18 persen," tutur Nizam.
Nizam menyebut lemahnya anggaran riset Indonesia dapat diakselerasi melalui program Kampus Merdeka. Program ini memicu pihak swasta turut mendorong penelitian di perguruan tinggi.
"Jadi, belanja pemerintah untuk riset itu nanti seiring jalan ada kontribusi swasta yang lebih besar," papar dia.
Nizam mencontohkan Thailand. Belanja riset di Thailand saat ini 73 persen didukung swasta dan 9 persen dorongan pemerintah.
"Sementara itu, di Indonesia bantuan swasta hanya 26 persen dan pemerintah 29 persen," tutur dia.
Baca: Kepala BRIN Luruskan Soal Isu Anggaran Riset 'Cuma' Rp272 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News