Penelitian berjudul “Integrating Local Cattle Production and The Teak Forest Management in East Java Indonesia” mengantarkannya memperoleh gelar tersebut. Riset tersebut di bawah bimbingan Wim Heijman dan Dr. Rico Ihle (Chair group Agricultural Economics and Rural Policy) serta Simon Oosting (Chair group Animal Production System).
Eko mengatakan penelitian dilatarbelakangi populasi sapi nasional sebesar 98 persen merupakan peternakan sapi potong rakyat. Sayangnya, peternak seringkali hidup dalam kemiskinan dan banyak menghuni area pedesaan Pulau Jawa.
Dia menuturkan bagi peternak sapi potong yang tinggal di dalam atau sekitar hutan negara, seperti hutan jati misalnya, mereka akan mengakses sumber daya hutan yang banyak tersedia bebas untuk mendukung pemeliharaan sapi. Sebab, keterbatasan sumber daya lahan, pakan, dan modal yang dimiliki.
Sedangkan, akses masyarakat lokal pada sumber daya hutan yang tidak terkontrol berpotensi memicu konflik dengan otoritas pengelola hutan (Perhutani) yang banyak terjadi di wilayah-wilayah hutan milik negara.
“Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan antara peternakan sapi potong rakyat dengan pengelolaan hutan jati dan kemiskinan,” ujar EKo.
Dekan Fapet UB, Suyadi, turut diundang mengikuti prosesi ujian. Sementara itu, dosen minat Nutrisi dan Makanan Ternak, Ifar Subagyo, didatangkan sebagai opponent. Perolehan gelar Ph.D oleh dosen minat sosial ekonomi peternakan ini menambah jumlah tenaga pengajar bergelar Doktor di Fapet UB menjadi 62 orang.
Baca juga: UB Gandeng Industri Kembangkan Pupuk Organik Cair |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News