“Kebencanaan itu bisa dilihat dari risikonya. Risiko menjelang akhir tahun itu akan tinggi karena semakin banyak orang berkumpul di tempat-tempat wisata dalam jumlah yang besar dan mobilitasnya tinggi,” tutur dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Anggri Setiawan dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 30 Desember 2022.
Ahli geomorfologi di Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM tersebut mengatakan tidak ada hubungan antara periode akhir tahun dengan penyebab terjadinya bencana alam. Namun, dengan mobilisasi tinggi masyarakat, risiko kerusakan atau kerugian bila ada bencana akan meningkat.
Dia menyebut berbanding terbalik dengan potensi kerusakan bencana sektor pariwisata pada momen akhir tahun umumnya akan dimaksimalkan karena potensi pengunjung tinggi. Hal ini juga menjadi persoalan terkait prioritas yang sebaiknya dilakukan, antara pariwisata atau potensi bencana.
“Kondisi saat ini, patahan di Pulau Jawa, Sulawesi, atau Sumatra itu terlampau aktif. Terbukti, di BMKG, kami melihat hampir setiap hari ada gempa yang terjadi, tapi karena mungkin titik gempanya dalam, maka magnitudenya tidak besar. Saya kira sebaiknya, kita bisa mengantisipasi akan potensi bencana ini. Tentunya di setiap stakeholder sudah harus berkoordinasi,” ujar Anggri.
Anggri menyebut kondisi saat ini dapat dikatakan siaga darurat. Pihak berwenang membentuk rencana penanganan untuk menghadapi potensi bencana dalam risiko tertentu.
Adapun ketika bencana sesungguhnya terjadi, stakeholder diharapkan dapat bekerja tanggap dalam mitigasi bencana. Di sisi lain, masyarakat bisa lebih memperhatikan kondisi alam melalui informasi bencana dari BMKG ataupun sumber lainnya yang kredibel.
“Situasi bencana memang biasanya tidak menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk bepergian, karena potensi bencana pasti ada di mana pun dan kapan pun. Tetapi sebagai pihak yang mempelajari tentang geografi, kami memahami bencana itu sebenarnya ada tren- nya. Nah, karena saat ini tren-nya adalah kondisi kegempaan dan cuaca dengan curah hujan tinggi, seharusnya masyarakat bisa mengantisipasi diri agar tidak berada dalam kondisi rentan,” tutur Anggri.
Anggri berpesan agar masyarakat selalu “ingat” dan “waspada”. Ingat, negara ini memiliki kekayaan alam melimpah, tapi disertai potensi bencana. Kemudian, waspada, apabila sudah mendapat peringatan tentang potensi bencana, sebaiknya berhati-hati dan tidak mengabaikan peringatan tersebut.
Baca juga: Polemik Isu Badai Dahsyat, Ini Penjelasan Kepala BRIN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News