Dirjen pendidikan vokasi kemendikbudristek, Kiki Yuliati. Foto: Medcom/Ilham Pratama
Dirjen pendidikan vokasi kemendikbudristek, Kiki Yuliati. Foto: Medcom/Ilham Pratama

Pendidikan Vokasi Bersiap, Ini Tantangan Mencetak Generasi Emas 2045

Ilham Pratama Putra • 19 Juli 2024 20:09
Jakarta: Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati mengatakan dunia pendidikan vokasi mesti turut dalam menyiapkan generasi emas untuk Indonesia 2045. Lulusan vokasi mesti dibentuk secara matang untuk menghadapi sejumlah tantangan.
 
"Ada sejumlah tantangan perubahan struktural yang terjadi di masyarakat yang mengubah kebutuhan keterampilan di dunia kerja. Tantangan pertama ada transisi digital yang berdampak besar pada pasar tenaga kerja dalam dekade terakhir," ujar dia Acara Rembuk Pendidikan Indonesia di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Jumat 19 Juli 2024.
 
Selain itu ada tantangan perihal menyusutnya ketersediaan lapangan kerja. Pada tahun 2030 diprediksi akan ada 23 juta pekerja di Indonesia akan kehilangan pekerjaan karena digantikan teknologi otomasi.

"Namun, ada periode yang sama, diperkirakan antara 24 sampai 46 juta lapangan kerja baru akan tercipta (job gain) akibat kemajuan teknologi digital, di mana 10 juta di antaranya berasal dari jenis okupasi baru yang belum pernah ada sebelumnya," tuturnya.
 
Tantangan kedua adalah adanya transisi masyarakat yang beralih ke pola konsumsi dan produksi yang lebih ramah lingkungan. Untuk itu dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan ramah lingkungan. 
 
"Secara global, jumlah lowongan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan ramah lingkungan tumbuh 22,4 persen misal di bidang pemeliharaan dan perbaikan mobil ketika mengerjakan mobil listrik," ungkapnya.
 
Tantangan ketiga adalah transisi demografi. Generasi muda produktif akan mencapai puncaknya pada tahun 2030.  "Tentu saja perlu strategi percepatan untuk menyiapkan tenaga terampil tinggi di tahun-tahun tersebut," ungkapnya.
 
Tantangan terakhir adalah transisi otonomi daerah. Hal ini beririsan dengan sudah terdesentralisasinya sistem pendidikan di Indonesia.  "Karena itu otonomi daerah juga penting untuk menjadi perhatian dalam pemajuan pendidikan vokasi ke depan. Semakin otonom daerah mengembangkan kebijakan pembangunannya, maka penyediaan tenaga terampilnya juga harus tersebar di sektor tenaga kerja," pungkasnya.
 
Baca juga:  Industri Ritel Gandeng Kemitraan dengan 40 Satuan Pendidikan Vokasi
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan