Pelatihan ini mengundang tiga mitra UMKM, yaitu produsen mie ayam sehat “Cikmi”, Dapur "Kalkul”, dan kelompok tani (Poktan). "Mereka mendapatkan pendampingan dan pelatihan dalam berbagai aspek bisnis,” kata Wakil Rektor Universitas Yarsi Ahmad Rusdan, di Jakarta.
Program ini, kata Ahmad, digelar untuk membantu UMKM meningkatkan kompetensi dalam aspek pembukuan, manajemen produksi hingga legalitas. Ia berharap para pelaku UMKM dapat lebih efisien dalam mengelola bisnis mereka.
“Kami berharap pelatihan ini mampu membantu UMKM mengidentifikasi dan mengurangi biaya yang tidak efisien. Lalu bisa memperbaiki kemampuan mereka dalam pembukuan,” terang Ahmad.
Dalam pelatihan ini, materi legalitas usaha menjadi salah satu fokus penting. Sebab masih banyak pelaku UMKM di Tanah Air yang belum memiliki izin usaha hingga sertifikasi halal.
“Hal tersebut dilakukan untuk memfasilitasi proses perizinan, seperti sertifikasi halal dan izin Produk Rumah Tangga (PRT). Selain itu, pelaku usaha juga kita dorong untuk mendapatkan sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar produk mereka dapat terlindungi,” kata Ahmad.
Tak hanya itu materi manajerial juga diberikan dilengkapi dengan bantuan alat produksi sesuai kebutuhan. Seperti Warteg Bahari, yang mendapat 'showcase' untuk meningkatkan variasi produk minuman mereka.
?Bantuan alat produksi bantuan alat produksi ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. "Untuk semua mitra kita akan belikan aplikasi kasir jadi mereka bisa mengoperasikan itu dari jarak jauh," ujar Ahmad.
Dalam kesempatan yang sama, Dosen Magister Manajemen Universitas YARSI, Any Setianingrum mengatakan, Universitas Yarsi mendukung UMKM untuk naik kelas. Sebab mereka adalah pahlawan ekonomo Indonesia meski memiliki keterbatasan ekonomi di bawah 30 persen. "Akses keuangan mereka dibandingkan dengan konglomerat, mereka aksesnya bisaa lebih dari itu," kata Any.
Menurut Any, untuk UMKM memang masih banyak pekerjaan rumah. Sehingga pelatihan-pelatihan semacam ini harus digelar lebih masif lagi di tahun-tahun mendatang.
"Adanya pelatihan-pelatihan ini itu harus lebih dari pihak pemerintah dan juga seluruh stakeholder harus lebih kolaborasi, karena mereka penyumbang PDB kurang lebih 55 persen. Pelaku usaha terbesar, kurang lebih 97 persen pelaku kita adalah UMKM. Mereka adalah penyedia lapangan kerja terbesar," tegas Any.
Baca juga: Program 'Makan Siang Gratis' Itu Baik, Tapi Belum Tentu Layak Jadi Prioritas |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News